Jeddah, Panjimas – Sesuai dengan edaran yang disampaikan oleh PPIH bahwa semua petugas di asrama haji embarkasi, petugas kelompok terbang (kloter), ketua kloter, dan pembimbing ibadah kloter, dan KBIHU (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah) untuk mematuhi surat edaran Kementerian Agama (Kemenag) RI.
Yakni mengarahkan jemaah haji memakai pakaian ihram sejak di embarkasi di tanah air Indonesia.
Imbauan itu disampaikan Kepala Seksi (Kasi) Pembimbing Ibadah (Bimbad) Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah, Khairun Naim menanggapi banyaknya jemaah haji yang tak memakai pakaian ihram di embarkasi.
Terlihat jemaah haji dari embarkasi Jakarta Pondok Gede kelompok terbang (kloter) JKG 52 dan embarkasi Surabaya kloter SUB 54, banyak yang masih memakai batik belum memakai pakaian ihram.
“Bahkan ada yang pakaian ihramnya masih di koper kabin. Sedangkan kopernya sudah diletakkan ke dalam bagasi bus.
Bahkan jemaah haji tiga bus sama sekali belum memakai pakaian ihram. Karena tidak ada kesempatan memakai pakaian ihram, terpaksa berganti kain ihram di dalam bus yang akan berjalan menuju Makkah. Untuk meminta waktu agar jemaah haji Indonesia berpakaian ihram di dalam bus, petugas haji Indonesia harus beradu argumen dengan petugas Arab Saudi (Al Wukala).
Karena pihak Wukala menginginkan bus segera keluar bandara. Sedangkan jemaah haji Indonesia belum berihram dan berniat umrah.
“Kami tidak bisa berdebat terus dengan Wukala. Apalagi mereka melakukan percepatan itu karena padatnya jemaah haji yang landing di Bandara Jeddah,” tandasnya.
Perlu diketahui, Bandara KAAIA Jeddah sekarang sangat padat. Seluruh jemaah haji dari seluruh dunia mulai masuk. Ruang tunggu juga padat. Kesempatan untuk berhenti, mandi dan salat hampir tidak ada sama sekali.
“Transit di ruang tunggu di Bandara Jeddah sekarang maksimal 30 menit. Ini yang non fast track. Jika terminal fast track sama sekali tak ada kesempatan istirahat,” tandasnya.
Paling nyaman berganti kain ihram, khususnya bapak-bapak ya di embarkasi asrama haji. Terpenting sudah memakai pakaian ihram, niatnya nanti saat sampai di langit Yalamlam atau Bandara Jeddah.
“Jadi kami mohon KBIHU, para ustad, para kiai, agar jemaahnya diarahkan untuk memakai pakaian ihram sejak dari embarkasi,” katanya.
Ustad Naim tak ingin kasus serupa seperti Kloter JKG 52 dam SUB 54 terjadi lagi. “Jadi pengelola KBIHU harus mengarahkan jemaahnya memakai kain ihram dari embarkasi tanah air,” imbaunya.
Kalau misal ada lansia yang kain ihramnya kotor atau terkena najis, petugas menyediakan kain ihram pengganti. “Tapi jangan sampai satu rombongan belum memakai pakaian ihram semua. Kami yang kelimpungan menyiapkan pengganti,” katanya.
Naim berharap seluruh jemaah haji mengikuti ketentuan yang disampaikan Kemenag RI. “Sebab ketentuan Kemenag RI itu untuk kemaslahatan dan kenyamanan jemaah haji,” tandasnya.
Dia mengingatkan kembali, jangan sampai jemaah haji melanggar larangan ihram. Di antaranya jangan memakai celana dalam atau sempak lagi, jangan memakai wangi wangian lagi, jangan memakai pakaian berjahit, dan jangan memakai kaos kaki.
Alangkah baiknya semua itu sudah diantisipasi sejak dari asrama haji. “Kalau melanggar larangan, nanti bisa kena dam atau denda,” pungkasnya.