Jakarta, Panjimas – Memperingati Hari Lanjut Usia Nasional (HALUN) ke-27, Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan diskusi publik bertajuk Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat, Selasa (30/5).
Bekerja sama dengan Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi, acara ini dihadiri para pemangku kebijakan, praktisi Kesehatan dan ratusan anggota MPKS dari PWM se-Indonesia.
Dalam acara yang diberi kata pengantar oleh Ketua PP Muhammadiyah, Saad Ibrahim ini, Ketua MPKS PP Muhammadiyah, Mariman Darto menyampaikan lima alasan perhatian Muhammadiyah terhadap kaum lansia. Lima hal itu adalah;
1). Kualitas hidup lansia. Isu ini menjadi perhatian terutama di negara-negara maju, di mana pola hidup manusia semakin lambat dan tenaganya semakin berkurang.
2). Kesenjangan sosial, yang menjadi perhatian terutama di negara-negara berkembang di mana orang tua sering kali ditinggal oleh keluarga yang pergi mencari pekerjaan di luar negeri.
3). Pengasuhan dan perawatan terutama pada orang tua tunggal tanpa keluarga.
4). Isolasi dan kesepian, dimana orang tua merasa kesepian dan terisolasi dari hubungan sosial mereka.
5). Pendidikan dan pelatihan. Semakin sulit orang tua untuk memenuhi kebutuhan sendiri maka sulit untuk mengikuti perkembangan teknologi dan informasi yang terus bergerak maju.
Mariman Darto selanjutnya mengatakan jika perhatian Muhammadiyah terhadap lansia cukup besar dengan beragam program menyasar kesejahteraan lansia seperti program Senior Care. Muhammadiyah bahkan menempatkan ageing population sebagai isu strategis kebangsaan ke-8.
“Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat perlu melakukan mitigasi demografi dengan berbagai program yang memungkinkan warga senior tetap aktif dan produktif melalui berbagai kegiatan sosial, keagamaan, kebudayaan, ekonomi, pariwisata, dan kegiatan lainnya,” kata Mariman.
Menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Lansia didefinisikan sebagai orang yang berusia 60 tahun ke atas. Keberadaan Lansia sangat penting bukan hanya dari sisi jumlah, namun mitigasi terhadap penanganan masalahnya juga perlu dilakukan. Jika tidak diantisipasi, maka keberadaannya menjadi persoalan baru.
Tahun 2022 jumlah lansia mencapai 27 juta orang atau 10,48 persen dari total penduduk. Bahkan pada tahun 2045, jumlahnya meningkat menjadi 63,3 juta atau 19,9 persen dari total penduduk. Struktur penduduk tua (ageing population) tersebut, selain merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan manusia secara nasional, sekaligus juga merupakan tantangan dalam pembangunan.
Menurut Mariman, tanggung jawab terhadap lansia harus dilaksanakan secara kolaboratif antara pemerintah sebagai pemimpin beserta organisasi-organisasi masyarakat.
Kebijakan pemerintah diharapkan searah dengan usaha mengakomodasi kaum lansia, baik dalam program kesehatan dan kesejahteraan, program pendidikan, kesejahteraan ekonomi, perlindungan terhadap kekerasan dan diskriminasi, serta fasilitas dan kegiatan.
Kata Mariman, Muhammadiyah siap mendukung pemerintah untuk melaksanakan isu strategis di atas dengan penyediaan sumber daya yang meliputi kepakaran, fasilitas, dan jejaring relawan untuk memberikan solusi yang aplikatif.
“Solusi yang dirancang tersebut pada gilirannya akan menjadi program dan kegiatan intervensi bersama-sama dalam mewujudkan Lansia mandiri, sejahtera, dan bermartabat. Upaya ini pada dasarnya memerlukan tahapan yang sistematis, terstruktur, dan terukur serta berkelanjutan,” katanya.
Sebagai penutup, Staf Khusus Menteri Sosial RI, Faozan Amar, mengungkapkan program-program terkait dan kebijakan yang telah dilakukan oleh Kementerian Sosial.
“Kemensos memberikan kemudahan bagi lansia dalam penyaluran Bansos, seperti dikirim langsung ke rumah lansia serta program permakanan. Mari rawat dan muliakan lansia,” ucapnya.
Acara ini diakhiri dengan penyampaian testimoni oleh peserta yang merupakan penghuni Muhammadiyah Senior Care di RSI Jakarta Pondok Kopi.