Jakarta, Panjimas – Sejumlah anggota Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) Bekasi Raya Menggelar Silaturahmi Lintas Generasi yang dilaksanakan di ruang Marwah Gedung Islamic Center kota Bekasi Jl. Ahmad Yani kota Bekasi, Ahad 28 Mei 2023.
Kegiatan bertema “Meretas Jalan Untuk Generasi Emas” ini dihadiri oleh anggota KB PII Bekasi Raya dari era 60 an sampai 2000 an.
Tokoh Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) Bekasi Raya Paray Said dalam kata sambutannya mengatakan Pelajar Islam Indonesia banyak berkiprah dalam pembinaan kegiatan di dunia pelajar.
Dirinya mengakui pernah menjadi juara lomba adzan ketika masih sekolah, dan itu kegiatan yang diselenggarakan oleh PII.
“Saya pernah juara lomba Adzan sewaktu sekolah, dan kegiatan itu diselenggarakan oleh PII” ujarnya.
Menurut Paray Said, di era 70 an sekolah di SMA maupun SMP masih sedikit, anak anak PII banyak direkrut dari sekolah sekolah SMA di Bekasi.
“Di era 70 an sekolah menengah atas masih sedikit, hanya ada SMA 1, SPG, dan PGA Cibitung yang direkrut anak anak PII banyak dari sana”, ungkapnya.
Sementara itu mewakili ketua KB PII Wilayah Jakarta, Ahmad Junaedi dalam sambutannya mengatakan KB PII adalah wadah para alumni PII yang mendukung kegiatan kaderisasi PII.
“Kehadiran KB PII untuk memberikan dukungan dan support terhadap adik adik PII yang masih aktif” ungkap Junaedi yang juga berprofesi sebagai wartawan senior.
Sedangkan ketua Pelaksana. silaturahim Hamim Anshori mengingatkan tanggung jawab KB PII terhadap eksistensi PII itu harus tetap terjaga
Kegiatan silaturahmi ini, menurut Hamim dalam upaya terus menjaliin silaturahmi alumni PII dan kader kader PII agak tetap terus langgeng dan berkelanjutan.
Dalam sesi diskusi Agus Salim (Mantan Ketua Umum PB PII era 80 an) mengenang ketika PII di era 80 an banyak mengalami tantangan dan tekanan oleh penguasa orde baru, sehingga kegiatan PII harus kucing kucingan dengan yang berwajib
“Meskipun kegiatan PII mengalami tekanan tetapi PII masih diakui dunia luar, terbukti masih di undang di acara konferensi internasional di Australia dan Arab Saudi” ungkapnya.
Sebagai pembicara kedua, Afif Ridwan aktivis PII di era 80 an yang kini sebagai pengusaha mengungkapkan kesannya bahwa PII itu wadah yang memberikan kepada dirinya kebebasan dan kemerdekaan berfikir.
Pria yang aktif di dunia UMKM mengakui terinspirasi dengan tokoh tokoh pemikir Islam di Indonesia seperti Amien Rais dan Jalaluddin Rakhmat, itu pun berkat kebebasan dan kemerdekaan berfikir yang dikembangkan di PII.
“PII memberi kebebasan berfikir makanya saya suka sekali dengan pemikiran pemikiran tokoh tokoh Islam dalam dan luar negeri” ungkapnya.
Sementara sebagai pembicara ketiga Lusie Pansilawati Ningsih, mengenang ketika dirinya menemukan jalan pembinaan keislaman di PII dan SMA.
“Saya merasakan pembinaan di PII dan rohis di SMA 1 Bekasi, waktu itu anak anak masjid An Naba yah anak anak PII” kenang Lusie yang pernah menjadi aktivis PII era 90 an
Lusie Pansilawati yang berprofesi sebagai praktisi hypnoterapis mengatakan banyak menangani kasus kasus anak yang mengalami kegagalan dalam pendidikan keluarga sampai harus melakukan bunuh diri.
“Pendidikan orang tua terhadap anak itu penting, saya menemukan pasien anak anak usia sekolah yang mengalami persoalan psikologis dan kejiwaan, ini perlu jadi perhatian orang tua” katanya.
Hadir di acara silaturahmi tersebut Paray Said (Tokoh Bekasi), Hans Muntahar, Ibu Luthfiah (Tokoh PII era 60 an), Agus Salim (Mantan ketua umum PB PII era 80 an), Afif Ridwan (Owner bandeng Rorod), Lusie Pansilawati Ningsih (Praktisi Konselor Hypnoterapis), serta sejumlah alumni PII serta aktivis PII Se Bekasi Raya.