Yogyakarta, Panjimas—Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan bahwa misi Muhammadiyah untuk mencerahkan semesta merupakan cita-cita sejak lama. Muhammadiyah telah melakukan langkah-langkah strategis untuk mewujudkan cita-cita besar itu. Setidaknya terdapat tiga alasan mengapa Muhammadiyah memiliki keinginan untuk mencerahkan semesta, di antaranya:
Pertama, alasan teologis. Menurut Mu’ti, berdasarkan QS. Al-Anbiya ayat 107 disebutkan bahwa kedatangan Nabi Muhammad Saw membawa misi risalah Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Tidak hanya untuk ruang lingkup nasional, misi profetik rahmat Islam sesungguhnya untuk seluruh alam. Artinya, paham Islam Berkemajuan tidak hanya berada dalam ruang lingkup domestik negara namun melangkah jauh melampaui batas-batas geografis. Tidak hanya di Indonesia tapi juga di semesta yang luas.
“Islam adalah agama untuk seluruh umat manusia, Tuhan (Rabb) untuk seluruh umat manusia, Al-Quran adalah pentunjuk untuk seluruh manusia, Nabi Muhammad adalah teladan seluruh manusia. Muhammadiyah ingin melanjutkan misi misi profetik ini,” ucap Mu’ti dalam dalam acara acara Dialog Ideopolitor pada Ahad (07/05) di Universitas Ahmad Dahlan.
Dialog Ideopolitor PP Muhammadiyah
Kedua, kontestasi ideologi. Alasan lain Muhammadiyah serius ingin mencerahkan semesta tidak lain karena adanya penetrasi ideologi-ideologi dan misi agama lain yang semakin meluas dalam kehidupan umat Islam. Apalagi di era digital, ruang-ruang sosial media menjadi pasar ideologi yang saling berebut mencari pengikut. Dari ideologi fundamentalisme hingga liberalisme, dari lokal hingga trans-nasional, secara terang-terangan mereka memasarkan apa yang menjadi keyakinan dan pandangan dunianya.
“Kita sekarang hidup di era yang serba digital. Internet tidak hanya terkoneksi tapi juga menjadi tempat kontestasi. Internet adalah tempat di mana antar ideologi dipasarkan dan diperdagangkan. Gejala fundamentalsme dan liberalisme, mereka memarkan ideologinya dengan berbagai cara di era internet ini,” kata Mu’ti.
Muhammadiyah tidak boleh memandang sebelah mata atas fenomena kontestasi ideologi ini. Muhammadiyah mesti mulai serius memasarkan paham Islam Berkemajuan sebagai ideologi Persyarikatan. Salah satu caranya ialah memperbanyak publikasi keagamaan melalui penerbitan buku, majalah, brosur, opini di internet,dan lain-lain. Muhammadiyah perlu memfasilitasi para ulama, intelektual, dan muballighnya agar mampu melakukan penetrasi dan kompetisi pasar ideologi melalui berbagai karya dari beberapa platform media fisikal maupun digital.
Ketiga, praksis gerakan. Alasan ketiga ialah Muhammadiyah saat ini telah mendunia. Muhammadiyah telah terdaftar resmi sebagai anggota permanen The United Nations Economic and Social Council (ECOSOC) sejak tahun 2011. ECOSOC merupakan sebuah organisasi internasional yang anggotanya mencakup hampir seluruh negara di dunia, termasuk Muhammadiyah. Lembaga PBB ini dibentuk untuk memfasilitasi persoalan hukum internasional, pengamanan internasional, lembaga ekonomi, dan perlindungan sosial bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Selain itu, saat ini Muhammadiyah telah memiliki 29 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di seluruh dunia. PCIM New Zealand, Timor Leste, dan Kuwait menjadi negara yang baru saja berdiri. Artinya, saat ini PCIM telah hadir di lima benua dunia. Mereka bersama-sama menjadi duta-duta Persyarikatan di luar negeri untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Bukti lain Muhammadiyah telah terkoneksi dengan percakapan internasional adalah adanya kemitraan global dalam bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, perdamaian, dan kemanusiaan. Tahun 2013 MDMC melakukan respons ke Filipina untuk bencana topan Haian. Tahun 2015 Muhammadiyah membantu untuk respons di Nepal. Tahun 2022, melepas beberapa dokter untuk membantu korban banjir di Pakistan. Yang terbaru tahun 2023, Muhammadiyah ikut membantu pemulihan bencana di Turki.