Jakarta, Panjimas – Masyarakat terdampak tambang di Wadas, Kabupaten Purworejo dan Tegaldowo, Kabupaten Rembang secara bersamaan merayakan Bakdo Kupat atau Lebaran Ketupat dengan mengingatkan penguasa agar Eling Ibu Bumi atau Ingat kepada Ibu Pertiwi.
Ibu Bumi adalah alam yang menjadi sumber kehidupan yang sudah memberikan kehidupan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, termasuk warga Wadas dan Kendeng.
“Kita minta kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang sekarang menjadi Calon Presiden agar eling kepada Ibu Bumi,” ujar Talabudin, anggota Gempadewa, Rabu (26/4).
Pemerintah perlu diingatkan karena masih terus memaksa warga Wadas agar menyerahkan tanahnya untuk tambang batu andesit untuk material pembangunan Bendungan Bener.
Sementara izin penambangan batu kapur skala kecil untuk pabrik semen di kawasan kapur Kendeng juga belum dicabut pemerintah. Perusakan alam yang semula memberi kehidupan kepada warga itu telah berubah dengan membawa dampak banjir baik bagi warga di Wadas dan Kendeng.
Sementara itu Ketua PP Muhammadiyah, Busyro Muqodas mempertanyakan dengan keras kebijakan pemerintah di wadas.
“Apakah Pemerintah Pusat dan Pemda Jateng akan terus bersikap radikal dan memaksakan nafsu kuasanya untuk melakukan aktivitas pertambangan yang sangat merugikan rakyat & mengancam keberlangsungan alam kita? ujarnya.
Beliau juga mengingatkan Jokowi dan Ganjar agar jangan menjadikan rakyat sebagai sapi perah politik dalam setiap pilkada, terlebih pilpres kedepan.
Di Wadas, warga yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempadewa) menggelar aksi di tapak pembukaan akses jalan menuju lokasi tambang andesit, Rabu (26/4). Pembukaan akses jalan ke lokasi tambang andesit ini sudah merusak alam “Ibu Bumi” Desa Wadas.
Mereka membawa spanduk besar yang menyuarakan perlawanan kepada pemerintah yang merusak alam Wadas. Sedangkan warga Kendeng menggelar acara Kupatan Kendeng yang berlangsung Rabu (26/4) dan Kamis (27/4).
Ritual bertema Eling Ibu Bumi itu digelar dengan menampilkan prosesi banyu geni, arakan kupat, lamporan, dan panggung hiburan. Songidah, salah seorang perempuan di Wadas mengatakan pemerintah terus memberi hadiah kepada warga berupa berbagai bantuan, seperti pembangunan fisik memperbaiki jalan. Jika warga tidak berhati-hati bisa masuk dalam jebakan.
“Pemerintah terus berupaya melemahkan perjuangan warga melawan rencana tambang andesit,” ujarnya.
Sejak 2017 hingga sekarang warga Wadas konsisten menolak rencana pertambangan di desanya.
Warga Wadas merayakan Lebaran yang suci dan sakral dengan saling memaafkan. Tetapi pemerintah justru semakin semangat merampas tanah warga.
Bagi warga Wadas sulit memberikan maaf kepada pemimpin yang merusak alam. Pasalnya, merusak alam sama halnya dengan menghilangkan ruang hidup, nilai-nilai sejarah, dan mengancam masa depan anak cucu warga Wadas.
Selain itu pemimpin yang merusak alam sangat jauh dari tugasnya sebagai Khalifah di muka Bumi sebagaimana yang dijelaskan dalam (QS. Al Baqarah: 30).
Dalam ajaran ketauhidan, berhubungan baik dengan Tuhan (Habluminallah) berhubungan baik dengan sesama Manusia (Habluminannas) tidak dapat dipisahkan dari hubungan baik dengan manusia dan alam. (Habluminalalam).
Dalam fiqh disebutkan menjaga alam (hifdzul bi’ah) adalah penyempurna lima Maqasidusy syariah, yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta).
Warga Wadas dalam setiap ibadah selalu mendoakan agar pemimpin perusak alam segera bertaubat serta diberikan kesadaran agar kembali kejalan yang lurus sesuai ajaran agama.
Para pemimpin harus ingat Ibu Bumi (Eling Ibu Bumi) adalah ciptaan Allah yang harus dijaga dan dilestarikan, tidak untuk dirusak.
Berdasarkan landasan relijius itu, warga Wadas tetap konsisten menolak pertambangan batuan andesit demi kelestarian Ibu Bumi di Wadas dan demi masa depan anak cucu.
Hingga saat warga Wadas dengan tegas menolak konsinyasi dan segala bentuk intimidasi serta pemaksaan untuk menyerahkan tanah. Gempadewa dengan tegas menyatakan :
1. Tidak memaafkan Ganjar Pranowo sebagai pemimpin yang telah merusak alam Desa Wadas dan Kendeng
2. Mendoakan Ganjar Pranowo agar segera bertaubat dan Eling Ibu Bumi Wadas dan Kendeng
3. Warga Wadas akan terus berkomitmen untuk selalu menjaga alam Desa Wadas tetap lestari
4. Menuntut Pemerintah, pemrakarsa, dan Ganjar Pranowo agar tidak melakukan konsinyasi dan intimidasi serta pemaksaan penyerahan tanah terhadap warga Wadas secara sepihak.
5. Menuntut Ganjar Pranowo bertanggung jawab terhadap kekerasan pada tanggal 23 April 2021 dan 8 Februari 2022 serta kerusakan alam Desa Wadas sebelum mencalonkan diri menjadi Presiden Republik Indonesia
#WadasMelawan
#WadasTolakTambang
#WadasKendengElingIbuBumi