Jakarta, Panjimas – Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) membedah hasil Survei Indeks Literasi Zakat Kaum Muda tahun 2022 secara daring, Jumat (17/3/2023).
Survei sendiri dilakukan pada 17-21 November 2022 secara convenience sampling melibatkan 900 responden warga Muhammadiyah. Pada tahun 2020, Lazismu juga sempat melakukan survei yang sama.
Melalui pemaparannya, Manajer Divisi R & D Lazismu Pusat PP Muhammadiyah, Sita Rahmi mengungkapkan jika hasil Survei 2022 menunjukkan peningkatan.
Jika Indeks Literasi Zakat (ILZ) Muhammadiyah tahun 2020 sebesar 76,58%, maka ILZ Muhammadiyah tahun 2022 sebesar 77,37%. Meski dalam kategori pemahaman menengah, angka ini masih lebih baik dibanding angka ILZ Nasional yang berada di angka 75,26%.
“Kajian ini penting bagi Lazismu karena berdasar data Baznas tahun 2022, potensi zakat nasional adalah Rp.327 Triliun, sedangkan penghimpunan di ZIS dan SKL hanya Rp.21,3 T, hanya 6 persen dari potensi zakat,” ungkapnya. Gap besar ini dia harapkan dapat diurai perlahan lewat Survei ILZ.
Sita Rahmi juga mengatakan jika survei tahun ini lebih spesifik kepada kaum muda mengingat jumlah mereka yang dominan sesuai data Badan Pusat Statistik tahun 2020. 60 pertanyaan yang diajukan pun beragam dari pertanyaan-pertanyaan seputar asnaf, objek zakat, regulasi, preferensi, hingga digital payment.
Apa yang Perlu Dilakukan Muhammadiyah?
Secara umum, Sita Rahmi menyebut jika pengetahuan dasar umat, terlebih warga Muhammadiyah terkait ZIS masih perlu ditingkatkan. Skor paling rendah utamanya berada di materi terkait pengetahuan objek zakat, regulasi zakat, penghitungan zakat, program penyaluran zakat, kewajiban membayar zakat, hingga keabsahan membayar zakat secara digital payment.
Lebih lanjut, dirinya memberi rekomendasi agar Persyarikatan lebih masif dalam memaksimalkan media sosial sebagai alat untuk menyampaikan pemahaman tersebut. Sesuai survei, literasi pun disarankan dalam bentuk kreatif dan visual seperti komik, meme, dan sejenisnya.
Pendekatan yang dilakukan pun juga perlu spesifik. Generasi Z (1997-2012) berzakat atas motivasi rasa kemanusiaan, sementara itu Generasi Milenial atau Gen Y (1977-1994) berzakat atas motivasi transaksional seperti pahala dari Allah, sedangkan Generasi Baby Boomers (1946-1964) berzakat atas motivasi ideologis yakni mengamalkan Surat Al-Maun dan keteladanan KH Ahmad Dahlan.
Di luar dugaan, optimisme eksistensi Persyarikatan juga bertambah melihat kecenderungan Gen Z yang memiliki jiwa kemanusiaan tinggi, sedangkan generasi milenial 80% sadar pada dampak perubahan iklim dan bersedia melakukan langkah nyata ke produk ramah lingkungan.
Dari survei ini, Sita Rahmi juga mengatakan bahwa masyarakat masih mengharapkan penguatan program pendidikan dan ekonomi.
Menariknya, survei ini juga berhasil memetakan pandangan kaum muda terkait isu kiwari seperti gaya hidup, kecenderungan pekerjaan, isu childfree hingga pandangan keagamaan dan pemilu