Jakarta, Panjimas – Gaya hidup hedonis para pejabat yang terungkap belakangan ini memprihatinkan banyak pihak. Pasalnya, gaya hidup sekaligus kekayaan yang dimiliki tersebut tidak sebanding dengan profesi yang dia jalani.
Menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad, fenomena ini berbanding terbalik dengan keteladanan hidup dari para pendiri bangsa seperti Sjahrir, Haji Agus Salim, dan berbagai tokoh lainnya, termasuk Ir. Sutami yang digelari sebagai menteri termiskin dalam sejarah Indonesia.
“Di pemerintahan Indonesia, dulu ada Haji Agus Salim, Perdana Menteri Sjahrir, lalu ada Ir. Sutami dan lain-lain yang ketika menjabat menahan diri dan tidak kemaruk, karena mereka tahu kekayaan yang mereka peroleh dengan jalan yang tidak benar, itu akan membahayakan dirinya, kesehatannya, maupun kehormatannya,” jelas Dadang.
Dalam Catatan Akhir Pekan TvMu, Senin (13/3), Dadang juga mencontohkan keteladanan dari para sahabat Nabi yang kaya raya seperti Umar ibn Khattab dan Ustman ibn Affan yang tetap tampil sederhana ketika menjabat sebagai gubernur maupun khilafah.
“Mereka mengutamakan amanah. Ustman dan Umar meskipun kaya raya tetap berpenampilan sederhana, begitu juga Ali bin Abi Thalib,” ujarnya.
Pamer kekayaan menurutnya juga tak layak dilakukan mengingat di Indonesia, jurang pemisah antara orang miskin dan orang kaya masih menganga begitu lebar.
“Kita tahu di negara ini macam-macam (ekonominya), ada yang miskin sekali, sementara itu ada yang mengekspos kehidupan super mewah. Itu membuat orang sakit hatinya. Oleh karena itu yang perlu digarisbawahi adalah sikap empati untuk tidak ekpresif mengumbar ekspresi, kemauan, dan syahwat sehingga melahirkan ketidakenakan di pihak lain,” kata Dadang.
“Oleh karena itu para pejabat yang tahu hal itu mereka menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh negara maupun oleh agama. Perlu kesadaran semua pihak untuk mengerem. Jangan berlebih-lebihan dalam hidup,” imbuhnya.
Tak lupa, Dadang berpesan kepada para aghniya’ atau orang-orang yang sejahtera di kalangan Persyarikatan untuk terus menampilkan keteladanan.
“Muhammadiyah kan organisasi Islam dan dakwah amar makruf nahi munkar, bukan kekayaan dan bermewah ria, sehingga orang Muhammadiyah cenderung hidup sederhana. Kita ingin meniru kanjeng Nabi Muhammad Saw. Meniru orang-orang salafus saleh, para sahabat, tabiin, dan para ulama yang zuhud untuk tidak hidup berlebih-lebihan,” pungkasnya.