Ternate, Panjimas – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Anwar Abbas menegaskan bahwa Indonesia akan bergerak ke puncak kepemimpinan dunia apabila persatuan dan kesatuan di atas perbedaan bisa dijaga.
Persatuan dan kesatuan menurutnya bisa dijaga apabila keadilan, khususnya bidang ekonomi diterapkan di bangsa Indonesia. Abbas mendorong Warga Persyarikatan Muhammadiyah untuk menguatkan ekonomi sekaligus menjadi perekat persatuan dan kesatuan.
“Kita jangan mengembangkan kebencian, jangan mengembangkan sentimen, tetapi bagaimana kita bisa belajar pada alam yang berkembang. Karena titik lemah di bidang ekonomi dan bisnis, maka kita harus belajar ke mereka supaya kita bersaing dan berkompetisi,” ungkapnya.
Pada Pembukaan Musywil ke-5 Muhammadiyah Maluku Utara pada, Jumat (10/3) itu Abbas berpesan, supaya dalam menghadapi dunia yang dinamis, Muhammadiyah perlu untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dengan Cina sekalipun.
Mengajak kembali mendalami tema Muktamar 48 Muhammadiyah ‘Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta’, Abbas mengatakan bahwa Muhammadiyah telah berbuat untuk Indonesia, maka sudah saatnya berbuat untuk semesta.
“Muhammadiyah sudah berbuat untuk menyehatkan anak bangsa, mencerdaskan anak bangsa, membela anak yatim, fakir – miskin dan terlantar. Dan itu sudah diakui oleh berbagai pihak dari dalam dan luar negeri,” kata Abbas.
Namun, menurut Abbas yang perlu dikejar lagi oleh Muhammadiyah adalah memajukan bidang ekonomi. Padahal ekonomi menjadi pilar dakwah ketiga yang telah dirumuskan pada Muktamar 47 Makassar tahun 2015, selain pilar pendidikan dan kesehatan.
“Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar memancangkan pilar baru yang disebut sebagai pilar ekonomi dan bisnis. Oleh karena itu Muhammadiyah di masa depan setelah ditopang oleh tiga pilar yang semakin kokoh.” Ucapnya.
Oleh karena itu, Abbas kembali menegaskan bahwa jika ingin menggerakkan Indonesia pada puncak kepemimpinan dunia, maka penting kiranya untuk mengajak persatuan dan kesatuan bangsa dengan mengedepankan keadilan.
Agar Indonesia tidak terpecah belah, maka harus dicari titik lemahnya dan dilakukan perbaikan untuk dikuatkan. Hal ini juga berlaku bagi komunitas apapun, termasuk organisasi Muhammadiyah yang selama ini dikenal sebagai organisasi yang maju.
“Tidak hanya menjadikan pendidikan dan pelayanan sosial sebagai gerakan kita, tetapi kita juga menjadikan gerakan ekonomi sebagai gerakan kita. Kalau ini bisa kita lakukan, insyaallah Muhammadiyah akan menjadi organisasi yang diperhitungkan dan penentu di negeri ini.” harap Abbas.
Namun, jika Muhammadiyah ingin maju maka jangan maju sendiri, melainkan juga harus menggandeng organisasi dan komunitas lain, sehingga kemajuan negeri ini bukan hanya dari satu sisi saja, tetapi merata pada semua lini.