Jateng, Panjimas – Menurut Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) sama-sama gagal di bidang ini, yaitu usaha mendirikan pesantren oleh Muhammadiyah dan usaha mendirikan universitas oleh NU.
Tafsir menjelaskan, bahwa jika Muhammadiyah mendirikan pesantren seringkali gagal. Sementara NU, yang bercita-cita mendirikan universitas malah seringkali universitas yang diinginkan menjadi pondok pesantren.
“Itu menjadi kesadaran bersama antara NU dengan Muhammadiyah. Sehingga NU menghasilkan intelektual, Muhammadiyah menghasilkan ulama. NU berbondong-bondong membangun universitas, Muhammadiyah berbondong-bondong membangun pondok pesantren,” kata Tafsir.
“Tapi nampaknya keduanya masih bareng, NU mendirikan universitas ujung-ujungnya menjadi pondok. Muhammadiyah mendirikan pondok ujung-ujungnya jadi kos-kosan, kenapa jadi kos-kosan ? karena tidak ada pengasuh pesantrennya,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Tafsir mendorong pada kepemimpinan PWM Jateng periode 2022-2027 untuk memproduksi semakin banyak pengasuh pondok pesantren yang alim dan tafaqquh fiddin, yang memiliki kemampuan ilmu alat yang memadai.
Tafsir meminta kepada pengelola pondok pesantren Muhammadiyah supaya tidak menjadikan semua pesantren sebagai rumah tahfidz. Pondok pesantren Muhammadiyah harus ada yang menjadi rumah ilmu alat nahwu-sharaf.
“Ada ungkapan ilmu sharaf adalah induknya semua ilmu, dan nahwu adalah bapaknya ilmu. Pertanyaannya, siapa warga Muhammadiyah yang menekuni ilmu nahwu dan sharaf ? kalau ilmu nahwu dan sharaf tidak ada yang menekuni, bagaimana Kitab Kuning mau dibaca.” Ungkapnya.
Kembali Tafsir menegaskan, bahwa euforia mendirikan pondok pesantren supaya jangan semua dijadikan rumah tahfidz. Hal itu diharapkan supaya bisa menghasilkan kader-kader tafaqquh fiddin. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) di wilayah-wilayah maupun daerah.
Pengembangan PUTM di wilayah tersebut sebagai usaha Muhammadiyah untuk menghasilkan pengasuh pondok pesantren Muhammadiyah yang memiliki visi dan misi, sekaligus memiliki pandangan Kemuhammadiyahan yang mantap.
Sebagaimana diketahui, bahwa tidak sedikit pengasuh pondok pesantren Muhammadiyah merupakan alumni atau lulusan dari luar Muhammadiyah. Kenyataan tersebut menjadikan pondok pesantren Muhammadiyah memiliki banyak varian.