KHOTBAH JUMAT
Oleh KH Bachtiar Nasir
Bismillahirrahmanirrahiim.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam ayat 24 surat Al-Fajr:
يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى قَدَّمْتُ لِحَيَاتِى
“Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.”
Pada ayat di atas, orang ini menyesali perbuatanya selama di dunia. Namun, sekarang dia sudah berada di alam akhirat.
Menyikapi Ujian Dunia
Seperti seorang anak yang dibangunkan oleh kedua orangtuanya, tetapi tidak mau bangun. Hingga akhirnya dia telat ujian di kampusnya. Saat dia sampai, ujian telah selesai. Anak ini terlambat dan menyesali kegagalannya.
Begitu pula kelak, manusia di akhirat nanti. Banyak yang menyesal dan meratapi kegagalannya karena ia terlambat. Terlambat dalam menggunakan umur dan kesempatan yang diberikan kepadanya untuk menempuh ujian di dunia, demi keberhasilannya di akhirat kelak.
Sebenarnya yang membuat seseorang terlambat atau gagal dalam menempuh ujian di dunia ini adalah ketidaksungguhan dalam menjalani ujian itu sendiri. Misalkan saja kasus anak yang akan menjalani ujian tersebut. Ia sebenarnya sudah tahu bahwa esok hari dia akan menjalani ujian di kampus. Namun, karena ketidaksungguhannya, pada saat ia dibangunkan oleh orangtuanya, ia lupa pada ujiannya dan terus tertidur.
Berbeda dengan dia yang bersungguh-sungguh, pasti ia akan melakukan segala cara agar tidak sampai kesiangan bangun esok harinya. Bisa dengan alarm atau meminta orangtuanya membangunkannya dan dia sudah siap untuk bangun. Orang yang memang sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk hal yang akan dilakukannya keesokan hari, pasti telah memiliki “alarm diri” yang lebih efektif dibandingkan alarm mekanis.
Lebih baik lagi mereka yang cerdas. Mereka sudah mempersiapkan ujian dari jauh-jauh hari dan telah memiliki ritme tersendiri untuk menunjang keberhasilan ujiannya. Mereka ini biasanya adalah orang-orang yang sangat disiplin dalam mewujudkan keberhasilannya dan memiliki alarm jadwal yang telah menjadi bagian dari rutinitasnya setiap hari.
Oleh karena itu, pertanyaannya adalah termasuk dalam kelompok yang mana kita dalam mempersiapkan akhirat kita? Orang yang selalu telat, orang yang membutuhkan alarm dari luar ataukah orang yang sudah disiplin dalam menjalankan sistem?
Dunia adalah Permainan
Ada hal menarik di penghujung surat Al-Fajr ayat 24 ini yaitu kata hayati. Ahli tafsir mayoritas berpendapat bahwa kata hayati ini adalah untuk kehidupan di akhirat. Sedangkan kehidupan di dunia tidak disebut sebagai kehidupan. Karena memang hakikatnya adalah sementara belaka.
وَمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ
“Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.” (Surat Al-Ankabut ayat 64)
Dalam ayat ini dikatakan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan main-main belaka. Kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan di akhirat. Karena itu, Allah Rabb yang Ar-rahman dan Ar-Rahiim senantiasa memberikan peringatan-peringatan dan teguran kepada hamba-Nya agar bangun dan bersiap untuk kehidupan akhirat.
Layaknya anak yang gagal dalam ujian di atas, maka sesungguhnya ia telah menerima peringatan dan teguran kasih sayang dari orangtuanya, sebelum akhirnya benar-benar bangun kesiangan. Oleh karena itu, jangan sampai salah langkah dalam menghadapi dunia ini. Waspada dan cerdaslah dalam menyikapi setiap peringatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sampaikan kepada kita.
Ingatlah selalu bahwa apa yang terjadi di dunia ini tak lain hanyalah semata permainan dan senda gurau belaka. Kembalilah kepada Allah dalam menghadapinya. Sehingga apa pun yang akan terjadi dan seperti apa hasilnya, kita telah melakukan semua itu karena Allah dan pasrah akan apa pun yang dikendaki-Nya.
Carilah apa yang kita butuhkan di dunia ini dan jangan pernah mengupayakan apa yang kita inginkan karena pasti, kita akan menyesal. Fokuskan pada akhirat, sehingga apa yang kita dapatkan di dunia ini kelak bermanfaat di akhirat. Dunia ini ibarat pasar yang isinya permainan dan senda gurau belaka.
Para ulama bahkan mengatakan bahwa dunia ini ibarat pasar yang sebentar lagi akan tutup. Oleh karena itu, ingat bahkan catat apa yang akan kamu beli sebagai kebutuhanmu di pasar. Sebab, di pasar yang akan tutup itu banyak barang yang dijual dengan diskon besar-besaran. Banyak hiasan yang ditawarkan dengan harga yang murah dan banyak tukang obat yang berteriak memekakkan telinga di depan pasar. Sungguh memecah konsentrasi. Karena itu, fokuslah pada apa yang telah ditetapkan untuk dibeli. Sehingga pikiran akan berkonsentrasi, hati tidak tergoda, dan mata menatap lurus untuk mencari apa yang dibutuhkan.
Fokus pada apa yang kita butuhkan untuk persiapan menuju hari kiamat ini sangat penting karena dengan fokus, akan sangat kecil kemungkinan terlambat. Apabila “pasar” terlanjur tutup maka akan sulit bagi kita untuk menemukan jalan keluar darinya. Akan lebih mengerikan lagi, jika kita terlambat keluar dari jeratan keduniawian dan telah terlanjur ada di Padang Mahsyar.
Peristiwa di Hari Pembalasan
Pada hari dimana bumi diratakan dan tiada lagi lembah untuk berlindung itu, Allah akan datang bersama malaikat-malaikat dengan sangat agung. Di hari itu, Allah akan menghitung sendiri amal perbuatan hamba-hamba-Nya tanpa bantuan dan tanpa diwakili siapa pun. Dengan penghitungan yang sangat teliti dan tak kenal henti. Segala amal perbuatan kita akan dihadirkan bahkan dengan apa niat yang ada di belakangnya dan untuk siapa kita lakukan amal tersebut. Sementara itu, neraka Jahannam didekatkan di Padang Mahsyar, sehingga kita menyaksikan kengeriannya.
Oleh karena itu, jadilah orang yang sebenar-benarnya hidup di dunia ini. Yaitu orang yang mengikuti jejak langkah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dialah imam kita yang sesungguhnya. Di hari itu, Rasulullah Muhammad SAW akan mengenali siapa-siapa saja yang merupakan ummatnya. Yaitu wajah yang banyak berwudhu, menerima buku amal perbuatannya dengan tangan kanannya, dan di keningnya ada bekas-bekas sujud, ada cahaya di sekeliling tubuhnya sebagai tanda ketaatan kepada Rasulullah SAW.
Di saat akan melewati sirathal mustaqim kelak, di segala penjuru tetiba kelak gelap gulita, tidak ada cahaya sama sekali. Cahaya hanya akan dimiliki oleh orang-orang beriman, tetapi cahaya itu tidak akan dimiliki oleh orang-orang munafik, kafir, dan syirik.
Cahaya orang-orang beriman itu digambarkan oleh Ibnu Mas’ud ada yang sebesar gunung, tetapi ada juga yang cahayanya hanya sebesar pointer laser yang sulit digunakan untuk melihat dengan jelas.
Sungguh, kita semua ingin berhasil melewati sirath yang sangat dahsyat tersebut dengan selamat. Karena itu, ingatkanlah diri kita mulai saat ini bahwa jangan sampai kita terperangkap dalam dunia dan baru menyadari saat semua telah terlambat. Jadilah orang yang membangunkan dan mengingatkan diri sendiri untuk senantiasa berupaya menjalani ujian dengan baik. Sehingga kelak, kita akan lulus melewati sirathal mustaqim di dunia ini dan menjejak dengan selamat di sirathal mustaqim di akhirat kelak.