Jakarta, Panjimas – Perjalanan ibadah haji kaum muslimin di Nusantara telah berlangsung sejak lama. Menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad, ibadah haji telah tercatat pada tahun 1562.
“Penyelenggaraan haji di (wilayah) Indonesia sejak zaman dulu bahkan yang tercatat mulai 1562 ada delegasi haji ke Aceh ke Jeddah di samping berdagang,” ujarnya dalam Catatan Akhir Pekan TvMu, Ahad (29/1).
Di masa itu, perjalanan haji muslim nusantara membutuhkan waktu berbulan-bulan karena ditempuh melalui jalur laut. Pada masa penjajahan Belanda, ibadah haji sempat dibatasi karena mengancam eksistensi kolonialisme.
“Jaman Belanda melakukan pembatasan-pembatasan bagi jamaah haji tanah air, yaitu masyarakat Islam untuk berhaji ke Baitullah karena orang-orang (yang pulang) setelah haji itu biasanya terpengaruh oleh gerakan perlawanan terhadap penjajah. Oleh karena itu Belanda berusaha mengerem atau menghalangi,” jelas Dadang Kahmad.
Untuk membantu kaum muslimin mengatasi sulitnya akses terhadap ibadah haji di zaman itu, Persyarikatan Muhammadiyah menurut Dadang berinisiatif menghadirkan solusi dengan mendirikan lembaga khusus yang menangani masalah haji.
“Muhammadiyah ketika didirikan sudah merasa prihatin terhadap perjalanan haji yang tidak terkoordinir. Maka di bawah perintah Kiai Haji Ahmad Dahlan, diperintahkan mendirikan Bagian Penolong Haji Muhammadiyah, yaitu semacam urusan haji yang dipimpin Kiai Syudjak yang tahun 1930 dibuat satu perusahaan khusus bagi jamaah haji Indonesia,” ungkapnya.
Usaha-usaha terorganisir Muhammadiyah memberi solusi kepada umat ini, di kemudian hari menurut Dadang menjadi cikal bakal lahirnya Direktorat Haji, termasuk Kementerian Agama yang dulu Menteri Agama pertamanya adalah kader Muhammadiyah, Allahuyarham Prof. Dr. H.M. Rasjidi.
“Inilah cikal bakal dari Direktorat Urusan Haji di Kemenag itu yang sekarang menjadi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Urusan Haji dan Umrah. Jadi orang-orang Muhammadiyahlah yang memelopori seperti itu, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan dulu ditangani oleh Kiai Syudjak,” pungkasnya.