Bogor, Panjimas – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP), Haedar Nashir menyampaikan selamat atas grand launching Universitas Muhammadiyah Bogor Raya (UMBARA) pada, Rabu (18/1) di Komplek Rumah Dinas Bupati Kabupaten Bogor.
Haedar mengapresiasi lahirnya UMBARA ke 171. Hadirnya UMBARA, imbuh Haedar, tidak secara instan, sebab telah berproses cukup lama dan dilakukan dengan serius – tidak menerabas.
Saat ini Muhammadiyah juga sedang mengajukan Fakultas Kedokteran di beberapa Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (PTMA), termasuk diantaranya Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA).
Semua PTMA, kata Haedar, lahir dari kemandirian yang didukung oleh berbagai pihak baik dari internal maupun eksternal. Etos kemajuan ini menjadi spirit yang melekat di Muhammadiyah.
“Karena DNA nya ada semangat maju, maju dan terus maju. Spirit berkemajuan juga merupakan ajaran dari Agama Islam,” ungkapnya.
Konsep kemajuan sebagai etika yang dimiliki Muhammadiyah bukan hanya diwacanakan, tetapi diamalkan yang mewujud dalam berbagai bentuk Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
“Semangat menjadikan Islam menjadi agama peradaban harus selalu ada di Muhammadiyah, bahkan harus menjadi state of mind di warga, kader, lebih-lebih pimpinan Muhammadiyah.” Imbuhnya.
Guru Besar Sosiologi ini menjelaskan, bahwa semangat berkemajuan yang dimiliki oleh Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ini menjadi distingsi dengan gerakan keislaman yang lain.
Spirit berkemajuan merupakan ajaran yang dibawakan oleh Nabi Muhammad, yang membawa maju peradaban Arab masa itu yang jumud. Kemajuan tersebut juga diiringi dengan pemurnian tauhid yang kontekstual dan aplikatif.
Terkait dengan pendidikan sebagai pilar dakwah Muhammadiyah, merupakan pilihan untuk memajukan sebuah peradaban. Berkaca dari berbagai peradaban maju, pilar-pilarnya adalah pendidikan.
Menurutnya, pendidikan modern yang digagas oleh Muhammadiyah tidak sama dengan pendidikan modern Barat yang mengarah pada sekularisme. Melainkan pendidikan modern Muhammadiyah memiliki fondasi kokoh pada nilai-nilai ketuhanan dan kerisalahan Agama Islam.
“Lembaga pendidikan Muhammadiyah semua itu adalah pilar kemajuan peradaban bangsa. Oleh karena itu kita tidak boleh lengah,” ucapnya.
Melihat realita yang ada, bahwa Indonesia masih di bawah rata-rata indeks pembangunan manusia dan IQ nya masih rendah, maka diperlukan akselerasi di bidang pendidikan Indonesia, termasuk Muhammadiyah.
Terkait dengan keberadaan UMBARA, Haedar mendorong penggeraknya untuk memiliki pemikiran dan tradisi besar. Dengan tidak lupa melakukan mobilisasi potensi yang dimiliki oleh Muhammadiyah secara sistematis.
“Kerja sama kita dengan semua pihak juga menjadi kunci keberhasilan,” tuturnya.
Haedar berharap setelah adanya lima PTMA di Jabar, harus berdampak pada pembangunan Jabar dan menjadi provinsi terbesar yang diikuti oleh masyarakatnya yang juga memiliki tradisi-tradisi besar sebagai pilar penyokong kemajuan wilayah.
“UMBARA menjadi universitas yang unggul berkemajuan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Tapi jangan hanya dalam bentuk retorika, tapi juga praktiknya,” pungkas Haedar.