Jakarta, Panjimas – Ormas Islam besar di Indonesia seperti Muhammadiyah memiliki banyak sarana dan prasarana dibilang kesehatan. Diantaranya adalah Klinik, Apotik, Rumah Bersalin dan ratusan Rumah Sakit (RS) yang ada di seluruh Indonesia.
Untuk itulah kemudian Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan kemitraan dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di bidang kesehatan, termasuk dalam memperkuat program pelayanan kesehatan primer dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
Seusai acara penandatanganan nota kesepahaman kerja sama Kemenkes dengan Muhammadiyah di Jakarta, Selasa, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa Muhammadiyah siap membantu pelaksanaan program-program kesehatan pemerintah dengan sumber daya yang dimiliki.
“Kami memberi apresiasi yang tinggi kepada Pak Menteri (Kesehatan) yang telah membuat terobosan selama dua tahun ini dalam penanganan pandemi, yang kami juga mengembangkan MDMC maupun program-program terobosan dalam membangun kesehatan,” katanya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa kerja sama Kementerian Kesehatan dengan Muhammadiyah mencakup pelaksanaan program transformasi sistem kesehatan.
Dalam pelaksanaan transformasi layanan kesehatan primer, menurut dia, Muhammadiyah melalui Aisyiyah serta klinik-klinik kesehatan yang tersebar di berbagai daerah bisa membantu menyosialisasikan program-program kesehatan promotif dan preventif yang dilaksanakan oleh pemerintah.
“Saya melihat yang paling oke untuk mendidik kesehatan masyarakat itu adalah ibu-ibu, pasti itu kita kerja samakan. Di mana membuat narasi-narasi kesehatan dipaketkan dalam bentuk narasi sosial didorong lewat ibu-ibu Aisyiyah,” kata dia.
Dalam pelaksanaan transformasi layanan kesehatan rujukan, Budi mengatakan, Muhammadiyah memiliki sekitar 120 Rumah Sakit yang dapat membantu pemerintah meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di daerah-daerah.
“Muhammadiyah juga punya rumah sakit keliling, itu sesuatu yang bisa kita kerja samakan dan ini sangat membantu negara,” kata dia.
Ia mengemukakan bahwa Kemenkes juga akan mengadopsi sistem ketahanan kesehatan yang telah dikembangkan Muhammadiyah lewat Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC).
Budi menilai MDMC paling sigap dalam mendukung penanganan kondisi darurat hingga pemulihan dalam upaya penanggulangan dampak gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
“Nah kita izin cetak birunya kita pakai sebagai sistem ketahanan kesehatan nasional,” kata Budi.
Ia mengatakan bahwa Muhammadiyah juga punya sumber daya untuk mendukung pelaksanaan transformasi pengelolaan sumber daya manusia bidang kesehatan.
Dengan 173 perguruan tinggi yang dimiliki, Budi mengatakan, Muhammadiyah dapat mendukung pemerintah membantu mengisi kekurangan tenaga kesehatan, khususnya di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal atau 3T.
“Sekarang, karena integrasi antara universitas dan rumah sakitnya (Muhammadiyah) dalam satu atap, value-nya memudahkan kita nanti kalau mengembangkan integrasi university base dengan college base,” kata dia.
Dia mengatakan bahwa dengan perguruan-perguruan tinggi dan rumah sakitnya, Muhammadiyah juga dapat membantu pemerintah mengembangkan teknologi kesehatan.
“Ini bisa dikerjasamakan agar bisa menyejajarkan posisi Indonesia di bidang bioteknologi,” pungkasnya