Jakarta, Panjimas – Berawal dari sebuah diskusi yang dilakukan pada kesempatan kegiatan acara melepas tahun 2022 dan menyambut tahun 2023 di Pesantren Tahfizhul Quran (PTQ) Pondok Bambu Parung, Bogor, Sabtu (31/12/2022) hingga Ahad (1/1/2023) dini hari jelang Subuh.
Diskusi dipimpin langsung oleh Ketua Umum Parmusi Drs. H. Usamah Hisyam yang juga pengasuh PTQ Pondok Bambu. Sebelum diskusi, penutupan malam tahun baru dimulai dengan tadarusan (membaca Al-Quran) bersama para santri.
Tampak hadir sejumlah petinggi Parmusi, di antaranya Sekjen Abdurrahman Syagaff, Ketua Bidang OKK Syafruddin Anhar, Anggota Majelis Pakar Rahman Acong, Pimpinan Lembaga Dakwah Parmusi Bernard Abdul Jabbar, Wakil Sekretaris Supriyadi, dan sejumlah pengurus lainnya termasuk sejumlah Pengurus Pusat Daiyat Parmusi.
Diskusi dipicu oleh pernyataan Abdurrahman Syagaff, bahwa saat ini tak ada lagi perbedaan bagi umat Islam untuk memilih partai politik, termasuk partai-partai baru.
Satu-satunya peluang bagi parpol baru untuk menjadi besar dan lolos parliament threshold adalah Partai Ummat, bila partai tersebut berani mendeklarasikan Amien Rais yang merupakan pendiri partai tersebut sebagai calon presiden.
Sontak saja diskusi lepas yang semula hanya membahas ke mana aspirasi politik warga dan kader Parmusi harus disalurkan dalam konstalasi parpol menuju Pemilu 2024, menjadi semakin hangat.
Pada Pemilu 2019 lalu, melalui Mukernas dan Jambore Nasional 5.000 Dai Parmusi yang digelar di Gunung Gede Pangrango Cianjur, Jawa Barat, akhir September 2018, Parmusi memutuskan untuk tetap menjadi connecting muslim.
Karena itu para kader, dai, dan simpatisan Parmusi seluruh Indonesia diberi kebebasan sesuai aspirasinya untuk memilih parpol dan calon presiden, dengan prioritas partai-partai yang memperjuangkan aspirasi umat dan capres yang beribadah.