Surakarta, Panjimas —Muhammadiyah dalam praktik ritual-ritual keagamaan merujuk kepada putusan yang dibuat oleh Majelis Tarjih Muhammadiyah, atau disebut dengan Manhaj Tarjih. Muhammadiyah bukan merupakan mazhab tetapi memiliki manhaj. Lalu apa manhaj itu ?
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa dalam beberapa terjemahan Al Qur’an, kata manhaj diterjemahkan sebagai jalan terang. Yaitu jalan yang menuntun manusia kepada kebenaran.
“Inilah yang menjadi pilihan Muhammadiyah menggunakan kata-kata manhaj untuk menggambarkan ideologinya,” ucap Mu’ti pada, Jumat (30/12) di acara Kajian Al Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Manhaj, imbuh Mu’ti, dimiliki oleh seluruh organisasi maupun gerakan yang ada di dalam Agama Islam. Dan Muhammadiyah menjadi satu bagian dari banyaknya gerakan Islam dengan manhaj yang berbeda-beda, perbedaan tersebut merupakan sunnatullah.
Perbedaan sebagai sunnatullah telah disebutkan oleh Allah SWT dalam Surat Al Maidah 48. Adanya perbedaan mazhab, aliran dan yang lain di dalam satu tubuh Agama Islam merupakan bagian dari kehendak Allah SWT.
“Mengapa Allah tidak menjadikan umat ini tidak tunggal, tidak monolitik, tetapi umat yang pluralistik. Allah berkehendak untuk menguji kamu sekalian atas apa yang telah diberikan oleh Allah terhadap kamu,” ucap Mu’ti.
Dalam beragama Islam, tentu dasarnya adalah Al Qur’an dan Sunnah, tetapi terkait dengan cara pendekatan terhadap dua nash suci tersebutlah yang menjadikan adanya perbedaan antara satu mazhab dengan yang lainnya.
“Karena itulah Muhammadiyah memilih tidak bermazhab, tetapi bermanhaj. Dan itu merupakan dua pilihan yang berbeda dalam kita mengamalkan agama,” imbuhnya.
Di tengah perbedaan yang ada umat Islam telah diberi tuntunan melalui Al Qur’an dan Sunnah, yaitu dengan cara berlomba-lomba dalam kebaikan supaya menjadi umat ataupun komunitas yang terbaik, bukan hanya yang baik.
“Sehingga karena itu di tengah perbedaan yang ada, kita didorong untuk menjadi umat yang paling unggul dan umat yang paling maju,” tutur Mu’ti.
Sebab Islam merupakan agama yang maju, di mana selalu mendorong umatnya untuk selalu berada selangkah atau beberapa langkah di depan ketimbang yang lain. Hal itu selaras dengan semangat berkemajuan yang dimiliki oleh Muhammadiyah, seperti yang diwasiatkan oleh KH. Ahmad Dahlan.