Jogya, Panjimas —Sebagai bangsa yang memiliki kemajemukan yang besar, memiliki potensi juga rawan terjadi pembelahan, seperti yang terjadi pada Pemilu 2019 lalu.
Namun demikian, menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir, bangsa Indonesia ini memiliki modal rohani besar sebagai kekuatan potensial bangsa untuk bersatu dan maju.
Dalam acara Media Gathering di Kantor PP Muhammadiyah di Yogyakarta, Kamis (29/12), Haedar mengatakan modal tersebut adalah nilai luhur yang berbasis pada Pancasila, agama dan budaya luhur bangsa. Ketiga entitas tersebut menjadi pemandu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Nilai-nilai itu penting karena akan mengajarkan kita untuk damai, hidup bermakna, saling menghargai, dan apapun kegiatan termasuk ekonomi, politik dan budaya itu akan melakukan sesuatu yang memiliki arti , jangan yang sia-sia apalagi yang menimbulkan kerugian,” kata Haedar.
Guru Besar Sosiologi ini mengatakan bahwa agama merupakan pendorong yang luar biasa bagi Bangsa Indonesia, bahkan kemerdekaan Indonesia juga didorong oleh spirit keagamaan. Namun demikian, jika kekinian terjadi ketidakbenaran dalam praktik agama, tidak lalu kemudian dikapitalisasi, seakan-akan agama menjadi sumber masalah.
“Energi positif agama itu jauh lebih besar ketimbang bias dari praktik sebagian orang beragama,” imbuhnya.
Termasuk Pancasila sebagai basis nilai luhur harus diaktualisasikan, dan menjadi koreksi sekaligus pemandu arah kebangsaan dan kenegaraan. Terkait dengan aktualisasi Pancasila dalam konteks tindakan korupsi, Haedar mengajak supaya tidak menunda untuk penghilangan praktik korupsi.
“Penghilangan praktik korupsi itu jangan tebang-pilih, bahkan harus ada prioritas. Kita berharap KPK fokus untuk tegas, adil, ada prioritas utama dan berdiri tegak di atas hukum dan keadilan,” ucapnya.
Sementara itu dalam menghadapi masa yang akan datang dengan berbagai macam tantangan, Haedar mengajak bangsa ini untuk memiliki sikap optimis dan menghadapi segala tantangan tersebut dengan sungguh-sungguh, namun tetap dengan seksama.
“Jangan menyia-nyiakan peluang kita untuk bangkit setelah pandemi ini, dan melakukan recovery yakni potensi kebangsaan kita yaitu persatuan. Ini yang membuat kita bertahan di segala gelombang baik bencana alam maupun bencana politik kebangsaan,” imbuhnya.
Serta yang tidak kalah penting menurutnya adalah sumber daya alam Indonesia yang melimpah sebagai potensi untuk dirawat bersama. Tidak boleh lagi ada penggunaan maupun pemanfaatan sumber daya alam Indonesia secara sembarangan.
Sumber: muhammadiyah.or.id