Lamongan, Panjimas —Bendahara Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Hilman Latief di acara Muhasabah Akhir Tahun yang diselenggarakan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML) ingatkan tentang manajemen resiko tentang kebutuhan persyarikatan.
Menjelang tutup tahun 2022 dan membuka lembar baru tahun 2023, Hilman menekankan tentang pentingnya manajemen persyarikatan melalui hitungan-hitungan dalam memproyeksikan masa depan, berbekal masa lalu dan masa kini. Evaluasi gerakan baik yang sudah dan akan perlu dilakukan ini penting.
Selain itu, Hilman juga menyinggung tentang kaderisasi. Menurutnya, kaderisasi di Muhammadiyah bisa dilakukan melalui Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) termasuk rumah sakit, dan perkaderan formal melalui majelis, lembaga dan organisasi otonom Muhammadiyah (Ortom).
“Semua tidak bisa lepas dari bingkai kaderisasi, sebagai upaya kita untuk mencetak generasi yang akan menjadi pelangsung, pelaksana dan penyempurna gerakan Persyarikatan Muhammadiyah.” Ucap Hilman pada, Selasa (27/12) di Auditorium Aula RSML.
Hilman mengingatkan, bahwa kebesaran dan berbagai capaian yang berhasil diraih oleh Muhammadiyah tidak cukup hanya dibanggakan, tetapi juga harus dipersiapkan kaderisasi sebagai penerus gerakan dan peningkatan prestasi-prestasi yang berhasil diraih oleh Muhammadiyah tersebut.
“Ini bukan hanya peringatan bagi pribadi-pribadi, tetapi juga bagi para pimpinan yang terpilih di Muktamar, di Musywil, di rumah sakit, di Musyda dan lain sebagainya,” ungkap Hilman.
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini menuturkan, bahwa terpilihnya kader sebagai pimpinan bukan merupakan sebuah kebanggaan dan impian. Melainkan terpilihnya kader sebagai pimpinan adalah harapan dari umat untuk bisa menatap masa depan yang lebih baik.
Menyambut masa depan Muhammadiyah dengan berbagai tantangan yang akan dihadapi, Hilman menjelaskan perlu untuk melakukan penyegaran kepemimpinan. Menurutnya perlu untuk mencoba melakukan rotasi kepemimpinan dengan sosok yang memiliki spesialisasi yang lain, supaya Muhammadiyah memiliki banyak cara dalam pendekatan.
“Termasuk misalnya Majelis Wakaf kita dipegang oleh peduli lingkungan, menjadi berbeda pendekatannya. Dan semuanya itu memang bisa diputar, dan memang kita ingin ada perubahan-perubahan.” Ungkapnya.