Yogyakarta, Panjimas —Kehadiran institusi pendidikan Muhammadiyah di luar negeri mempertegas keinginan Persyarikatan untuk melakukan internasionalisasi. Muhammadiyah tidak ingin sekadar menjadi obyek dari proyek globalisasi eksternal, melainkan ingin menjadi subyek yang mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia. Menurut Haedar Nashir, tujuan utama Muhammadiyah di tingkat global ialah menghadirkan Islam sebagai din al-hadlarah.
“Di negara mana pun, pendidikan adalah pilar strategis bagi eksistensi negara dan bangsa. Maka Muhammadiyah harus semakin yakin bahwa ketika ingin menyebarkan Islam sebagai din al-hadlarah, kuncinya membangun pusat-pusat keunggulan,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah ini dalam acara Sidang Senat Terbuka Universitas Ahmad Dahlan dan Upacara Milad ke-62 pada Kamis (22/12).
Selain itu, keberadaan perguruan tinggi di lingkungan Muhammadiyah menjadi pembeda dengan gerakan Islam yang lain. Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, Muhammadiyah tidak berhenti pada wacana dan hanya angan-angan normatif. Jalan untuk menghadirkan pranata-pranata modern dalam lingkungan pendidikan hingga menghasilkan ribuan lembaga merupakan salah satu gugus tugas yang diemban Muhammadiyah sejak kelahirannya hingga saat ini.
“Lembaga pendidikan ini terus kita dinamisasikan menjadi gerakan yang lebih progresif, sehingga kita mampu membangun Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang menjadi percontohan atau uswah hasanah,” ucap Haedar.
Haedar kemudian mengapresiasi UAD karena menjadi salah satu kampus Muhammadiyah yang memiliki perhatian lebih pada pengembangan teknologi. Menurutnya, hal ini dapat menjadi pembeda dengan kampus yang lain. Meski begitu, pengembangan teknologi tetap harus ditopang dengan eksistem Islam Berkemajuan. Karenanya, bukan hanya teknologinya yang ditampilkan tapi juga state of mind-nya berporos pada pemahaman Islam yang diyakini Muhammadiyah.
Haedar ingin agar pengembangan teknologi mampu menegaskan kembali bahwa Islam merupakan agama yang selaras dengan ruang dan waktu. Inovasi dalam riset dan ilmu pengetahuan perlu dihadirkan. Selama ini mesin-mesin canggih dibuat oleh semangat alam pikiran Barat, Haedar ingin Muhammadiyah menirunya namun dilandasi dengan nilai-nilai asasi dalam Islam.
“Bagaimana menghadirkan nilai-nilai ilahiyah dalam hidup kesemestaan. Value kita adalah Islam Berkemajuan, memahami Islam dengan bayani, burhani, irfani. Agama harus menjadi tempat untuk membingkai kemajuan nalar,” ucap Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini