Bali, Panjimas – Ketum PP. PERSIS Ust Jeje Zaenudin menyampaikan pandangan bahwa dalam merealisasikan misi sebagai Khaira Ummah yang ditandai dengan penerapan sikap beragama yang Wasathiyyah atau moderat dalam beramar makruf nahi munkar dan berdakwah, ada dua tantangan internal yang mendasar, yakni :
Pertama, pada tataran teoritis belum adanya kesepakatan tentang batas dan pedoman toleransi dan moderat dalam hal hubungan ibadah dan muamalah muslim dengan non muslim.
Karena adanya perbedaan metode fatwa dan batasan batasan di antara madzhab-madzhab Islam yang ada. Sehingga sering terjadi ikhtilaf yang keras di antara kelompok muslim sendiri antara suatu lembaga fatwa dengan yang lainya tentang batasan moderat atau tidak moderat.
Kedua, pada tataran praktis juga masih terjadi pertentangan di internal kelompok umat Islam. Ada yang atas nama toleransi dan moderasi Islam bersikap dan melakukan tindakan tertentu terhadap pemeluk agama lain dalam hubungan ritual dan sosial.
Tetapi justru menurut kelompok muslim yang lain tindakan itu sudah keluar dari batasan moderasi dan toleransi Islam yang berdasar pedoman Al Quran dan Hadits Nabi juga Ijmak para ulama.
“Oleh sebab itu penting dalam forum Konferensi Ulama ASEAN untuk bisa didiskusikan dan disepakati batas-batas teoritis dan praktis dari toleransi dan moderasi dalam berdakwah dan beramar makruf tersebut secara sejalan dan tuntas,” pungkasnya.
Pandangan Ust.Jeje tersebut disampaikan pada sesi mudakholat dan iqtirohat di hari pertama setelah para narasumber dari Saudi, Malaysia, dan Indonesia menyampaikan paparannya.
Acara Konferensi Ulama ASEAN ke 2 itu sendiri digelar di Nusa Dua Bali dari tgl 22- 23 Desember 2022 dengan mengambil tema: “Khaira Ummat” atas prakarsa Kementerian Urusan Agama Penerangan dan Dakwah Kerajaan Saudi Arabia bekerja sama dengan Kementerian Agama Republik Indonesia