Jakarta, Panjimas – Kebutuhan menu yang seimbang bagi para penyintas tentu amat penting. Di pekan-pekan pertama pascagempa, mereka mencoba bertahan hanya dengan mengonsumsi nasi, mi instan, atau ikan asin yang tersisa. Semakin ke sini, semakin terasa sayuran menjadi hal yang dirindukan.
Karena itu, ARM sudah 3 kali menyuplai sayur-mayur ke kawasan bencana ini, rata-rata 1 truk kecil per pengiriman (200-300 kilogram). Respon warga amat positif. “Tim kami bisa masak dengan menu lebih mewah jika suplai sayur dan daging ayam tiba,” kata Irvan Ramli, pimpinan Posko Dapur Umum Darul Ikhlas di Kampung Cibinong, Desa Rancagoong, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur.
Eh, tak cuma sayur ternyata. Saat tim asesmen pekan lalu, salah satu relawan berbincang dengan Pak Satibi, penyintas yang berprofesi sebagai tukang cukur. Meski tegar, tak dipungkiri sorot matanya galau. Dia terpaksa berhenti mencari nafkah karena rumahnya rusak.
Muncul ide di saat persiapan giat kemanusiaan tahap 4, kenapa tidak membuat kegiatan cukur/pangkas rambut bagi penyintas dan relawan yang bertugas. Tentu akan bikin hati sedikit lebih ceria. Ide ini ditindaklanjuti segera. Bukan cuma Pak Satibi, ada dua tukang cukur lain yang kami minta bantuan untuk melayani warga dan relawan. Kami memberi insentif kepada Pak Satibi dan kawan-kawan sehingga layanan ini bersifat gratis bagi siapa saja.
Maka, saat tim datang Sabtu lalu (17/12), layanan cukur rambut juga dibuka. Awalnya banyak yang malu-malu. Pelanggan pertama malah seorang bayi, yang dibawa ibunya dari kamp pengungsian. Lalu, satu-persatu warga ikut minta cukur rambut. Total, hari itu ada 45 orang yang dilayani.
“Warga senang sekali. Ini kita malah dapat titipan pesan, kalau bisa ada layanan serupa buat ibu-ibu dan remaja putri,” kata kang Irvan Ramli, sambil senyum. Setidaknya, hari itu warga banyak senyum dan tertawa, ikut menonton sesama warga lain yang dicukur rambutnya.
Nah, ada yang tertarik menindaklanjuti ?
ARM HA-IPB
Bermartabat Menebar Manfaat