Jakarta, Panjimas – Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 di Solo meninggalkan banyak kesan menggembirakan. Kesuksesan Muktamar, menurut Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad adalah hasil dari sifat ikhlas seluruh warga Persyarikatan yang bekerja untuk umat dengan niat tulus dan ibadah.
“Seperti biasa, tradisi Muhammadiyah muktamarnya itu sejuk, damai, tenang menghasilkan hasil-hasil yang optimal dan sesudahnya tidak ada friksi-friksi dan kekecewaan-kekecewaan. Semua berjalan baik, sesuai dengan rencana dan itulah mungkin satu perhelatan besar. Muhammadiyah ini perlu dicontoh oleh semua orang,” kesannya.
Dalam Catatan Akhir Pekan TvMu, Ahad (11/12), Dadang menilai tradisi ikhlas dalam Bermuhammadiyah ini harus terus dirawat dan dilestarikan.
Warga Muhammadiyah kata dia telah mengambil inti sari dari Surat Al-Maidah ayat 32 bahwa sebagaimana besarnya pahala menjaga satu nyawa, maka mengurus satu umat sama dengan mengurus seluruh umat sehingga mereka bergembira dalam bekerja.
“Jadi ciri khas kita adalah, ‘kerja adalah ibadah’. Ketika ada salah seorang jendral tanya kepada saya kenapa Muhammadiyah bisa damai, tentram, ya saya jawab semua karena beribadah, kerja ikhlas karena tidak berbasis pada upah,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dadang menegaskan bahwa berbeda dengan Amal Usaha, organisasi Muhammadiyah tidak mengupah para anggota dan pimpinan strukturalnya meski sama-sama menekankan asas profesionalisme.
“Jadi kita mengabdi di Muhammadiyah itu ya adalah untuk mengabdi pada Tuhan, berbuat baik, beramal saleh, melakukan segala apapun tenaga kita untuk melayani umat sehingga mereka merasa tertolong dan kita hanya berharap pada Allah pahalanya,” kata Dadang.
Meski tidak digaji, para pejabat struktural yang bertugas di Persyarikatan Muhammadiyah mendapatkan jaminan transportasi. Keadaan seperti ini kata dia menjadi semacam penyaring bagi pegiat yang benar-benar tulus ingin berdakwah bersama Persyarikatan.
“Jadi sekali lagi di Muhammadiyah tidak memiliki tarif berapa untuk ketua, dan lain-lain, kita (Persyarikatan) hanya menyediakan fasilitas transport pada Ibu Bapak itu, (Persyarikatan) tidak menggaji mereka, oleh karena itu pantas kalau mereka tidak berebut (jabatan) dalam arti secara frontal. Inilah mungkin ciri Muhammadiyah itu,” tegasnya.
Terakhir, Dadang menyebut banyak agenda besar Muhammadiyah yang dicetuskan dalam muktamar. Agenda-agenda itu memerlukan kerja keras semua pihak untuk memajukan Islam agar hadir sebagai agama peradaban dan rahmat bagi semesta alam.
“Mari bersyukur sekali lagi dan terus berjuang agar cita-cita Muhammadiyah, Islam Berkemajuan, rakyat Indonesia sejahtera, adil, makmur loh jinawi dan kita bisa menyebarkan paham-paham kebaikan bagi siapapun di dunia ini,” pungkasnya.