Yogyakarta, Panjimas —Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta selenggarakan Milad ke-104 di Kampus Terpadu yang berlokasi di Sedayu Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada, Kamis (8/12).
Terlebih hadir pada acara itu Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Anggota PP Muhammadiyah sekaligus Badan Pengurus Harian (BPH) Mu’allimin-Mu’allimaat Muhammadiyah Agung Danarto, Direktur Mu’allimin Aly Aulia beserta jajaran dan tamu undangan yang lain termasuk Ketua Keluarga Besar Alumni Mu’allimin (KABAMA) Nasrullah Larada.
Madrasah ini merupakan lembaga pendidikan Islam modern tertua yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada 1918 dengan nama “Qismul Arqa” yang kemudian diubah menjadi Pondok Muhammadiyah (tahun 1920), lalu menjadi “Kweekschool Muhammadijah” (1924).
Kemudian baru pada Kongres Muhammadiyah tahun 1930 di Yogyakarta berubah menjadi “Madrasah Mu’allimin Mu’allimaat Muhammadiyah”. Haedar Nashir menyebut rentan usia seabad lebih ini bukan usia yang mudah untuk digapai bagi lembaga pendidikan Islam modern.
Menurutnya, proses panjang ini merupakan akumulasi dari pergerakan dari seluruh pegerakan dari Persyarikatan Muhammadiyah dari pusat sampai dengan ranting. Dia berharap Madrasah Mu’allimin menjadi lembaga pendidikan teratas.
“Apa yang sebenarnya dirintis sudah menggambarkan itu, tetapi kalau ingin lebih besar lagi, jadi sesuatu yang tingkat kebesarannya superlatif maka diperlukan apapun proses yang quantum life atau lompatan,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua BPH sekaligus Anggota PP Muhammadiyah Agung Danarto mengapresiasi kiprah Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta dalam peran perkaderan bagi Persyarikatan Muhammadiyah. Kader alumni Madrasah Mu’allimin dan Mu’allimaat jangan sampai keluar dari orbit persyarikatan.
Bahkan, dia mendorong kader alumni Madrasah Mu’allimin dan Mu’allimaat bukan hanya berkiprah di Muhammadiyah pada level nasional tetapi juga di level internasional atau global. Hal itu dapat dilakukan melalui pengembangan diri dengan menempuh studi di luar negeri.
Selain mengasah dan menambah, sekaligus memperluas wawasan global kader, kesempatan belajar di lembaga pendidikan luar negeri juga dapat menambah percaya diri bagi kader ketika mengemban amanah dalam persyarikatan kelak.
Bukan hanya pada aspek keluar, Madrasah Mu’allimin juga melakukan pembenahan pada aspek kedalam. Saat ini Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta sedang merampungkan proses pembangunan Kampus Terpadu yang berlokasi di Sedayu Kabupaten Bantul, sebagai perluasan dari kampus terpadu yang sudah tidak bisa menampung lagi siswa.
Senada dengan Agung, Direktur Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah, Aly Aulia menegaskan bahwa selain pada aspek fisik, pihaknya juga terus memperkuat pada aspek konsep-konsep untuk meneguhkan tujuan berdirinya Madrasah Mu’allimin sekaligus membangun iklim pendidikan yang mampu melahirkan kader yang kompatibel dengan perubahan.
Pada tahun ini di usia ke-104 tahun, imbuh Aly, bersama dengan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, Mu’allimin sudah mendapat izin untuk membuka kelas internasional yang berbasis Cambridge.
“Secara resmi di tahun ini, di tahun 2022 di usia Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah yang ke-104, Mu’allimin Muhammadiyah tentunya bersama Mu’allimaat Muhammadiyah sebagai Cambridge Educational Partner. Bahkan Mu’allimin beserta Mu’allimaat sebagai sekolah yang pertama di British Council sebagai The First British Council Partner School di Indonesia,” ucapnya.