Jakarta, Panjimas – Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bekerja sama dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengadakan “Pelatihan Pencegahan Intoleransi dan Anti Perundungan bagi Sekolah Muhammadiyah se Indonesia” pada 28-30 November di Jakarta.
Menurut Koordinator Tim Kerja M. Sofyan, pelatihan ini diikuti oleh Guru Muhammadiyah dari berbagai provinsi di Indonesia dengan tujuan besar untuk merawat nilai-nilai kebhinekaan demi terwujudnya Gerakan Indonesia Bersatu sebagai salah satu gerakan utama dalam Revolusi Mental yang dilakukan Kemenko PMK.
“Sebagai bangsa yang majemuk kita harus merawat keberagaman melalui penguatan toleransi di dunia pendidikan, agar Indonesia tetap utuh dan bersatu” Ujarnya.
Salah satu narasumber pelatihan dari Maarif Institute, Pipit Aidul Fitra mengatakan, pelatihan ini menjadi bekal penting bagi guru-guru Muhammadiyah agar mereka memiliki kemampuan deteksi dini dalam mencegah paham atau tindakan intoleransi maupun aksi perundungan di sekolah.
Menurut Pipit, guru adalah sosok penting di sekolah untuk menyebarkan nilai-nilai toleransi dan paham wasathiyah (moderat) kepada anak didiknya di tengah penetrasi ideologi sektarian yang cenderung memecah belah bangsa.
Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi mengungkapkan rasa terima kasih kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang telah bekerja sama dengan Kemenko PMK untuk melaksanakan program strategis Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Didik berharap sekolah Muhammadiyah menjadi pelopor perubahan dalam meningkatkan etos kerja, gotong royong, dan integritas serta dalam menyebarkan nilai-nilai toleransi dan anti perundungan di dunia pendidikan.
“Sekolah paling relevan untuk memupuk nilai toleransi sejak kecil, dengan sejarah panjang yang dimiliki Muhammadiyah dalam menjaga keutuhan bangsa, saya berharap sekolah Muhammadiyah menjadi trendsetter dalam praktek toleransi dan anti perundungan di dunia pendidikan,” pungkasnya.