SOLO (Panjimas.com) – Sepak bola merupakan olahraga yang terbesar di dunia. Selain sebagai profesi yang menghasilkan pundi-pundi materi, olahraga ini juga menarik untuk dijadikan hobi.
Menurut penelitian Nielsen Sport, sepak bola adalah olahraga terpopuler di negara kita. Dari seluruh populasi penduduk Indonesia, 77%-nya tertarik dengan sepak bola. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara “gila bola” peringkat kedua di bawah Nigeria (83%).
Namun sayangnya, Indonesia hanya gemar menonton sepak bola, bukan memainkannya. Ditandai munculnya suporter sepak bola yang fanatik membela klub-klub idamannya. Para suporter inilah yang kerap dijuluki pemain ke 12.
Ada berbagai nama suporter di liga Indonesia yang terkenal seperti Jack Mania (pendukung Persija Jakarta), Panzer Biru (pendukung PSIS Semarang, Slemania (pendukung PSS Sleman) dan banyak lagi. Masing-masing selalu hadir kemanapun timnya berlaga. Kehadirannya selain menjadikan riuh jalannya pertandingan dengan yel-yel khasnya, kelompok inilah yang dapat memberikan suntikan spirit bagi para pemain.
Di Kota Solo ada suporter yang cukup fanatik bernama Pasoepati, pendukung klub Persis Solo di liga utama di Indonesia dengan warna khasnya merah tua. Karena kecintaan terhadap tim berjuluk Laskar Samber Nyowo yang digandrunginya tersebut, para suporter muslim tak ingin melewatkan kewajiban sholat lima waktunya berjamaah sebelum momen kick off. Namun, banyak dari mereka mengalami berbagai kendala untuk menjalankan kewajiban tersebut salah satunya adalah tempat.
Pada akhirnya, munculah sebuah komunitas untuk mewadahi para suporter Pasoepati untuk melaksanakan sholat berjamaah yang diinisiasi oleh Dimas Fajar atau akrab disapa mas Dimas. Komunitas tersebut dinamakan ‘Pasoepati Mengaji’. Komunitas tersebut dicetuskannya secara iseng atau spontan.
“Nggak ngira akan menjadi seperti ini, kita hanya suatu gerakan sholat jamaah bareng sebelum adanya pertandingan di stadion Manahan, karena kita prihatin tidak ada tempat untuk sholat di stadion manahan, kita mengakomodir mengadakan tempat untuk sholat di stadion Manahan, termasuk imamnya kita carikan ustadz yang hobi nonton bola yang pada saat itu juga akan nonton bola, itu awal ‘Pasoepati Mengaji’, koornya seperti itu,” kata mas Dimas kepada Panjimas.com usai kajian remaja di Masjid At-Taufiq, Tipes, Serengan, Surakarta, Jum’at (28/10/2022).
Kemunculan ‘Pasoepati Mengaji’ terbilang unik, komunitas ini menjadi salah satu gerakan dakwah yang terjadi di kalangan supporter klub sepak bola di Indonesia khususnya kota Solo. Sebelumnya dakwah melalui sepak bola dilakukan oleh Muhammadiyah dengan timnya Hizbul Wathan FC yang berlaga di Liga 2 dengan pendukungnya bernama Laskar Matahari.
Karena menggunakan nama ‘Mengaji’ yang identik dengan aktifitas islami, keberadaannya yang semakin berkembang, sempat dituding sebagai gerakan yang negatif.
“Kita sering dituduh sebagai organisasi penunggang gelap, organisasi ibaratnya apa ya garis keras, ingin memberontak Pemerintah lah, padahal kita nggak, kita ya murni lihat bola selesai, pengajian lihat bola selesai ya udah nggak ada unsur lain, masalah pilihan fiqh itu pilihan masing-masing, ada yang salafi, ada yang seneng maulidan monggo ini pilihan fiqh masing-masing, yang jelas kumpul untuk kebaikan, intinya ya itu tadi ojo lali sholat ketika sebelum pertandingan dimulai,” katanya.
Wajar saja, dulu awal dicetuskannya secara alami ‘Pasoepati Mengaji’ disampaikan mas Dimas hanya 20 orang, kini anggotanya sudah mencapai sekitar 200 orang yang meliputi suporter dan sebagian pemain Persis Solo. Komunitas ini cukup memiliki pengaruh baik bagi para suporter untuk memperhatikan kewajiban sholat lima waktu di tengah aktifitas kegemarannya menonton sepak bola dan mendukung klub kebanggaannya.
Menurut Dimas, manajemen Persis Solo mendukung adanya komunitas ‘Pasoepati Mengaji’ yang dibentuknya tersebut, pada akhirnya mereka turut memberikan bantuan berupa musholla portabel untuk memfasilitasi para supporter atau penonton melaksanakan sholat berjamaah yang selama ini mengalami kendala.
“Ada atau tidak ada Pasoepati Mengaji sholat itu penting, jadi kadang-kadang kita juga mikir nek (jika.red) Pasoepati Mengaji tidak ada apa tidak ada yang sholat? kan kita pernah mencoba itu, ternyata ya itu tanpa adanya Pasoepati Mengaji harusnya sholat itu ditanamkan ke dalam diri supporter semua, jangan sampai Kanjuruhan itu terjadi lagi di negara ini bahkan di dunia ini, jangan sampai ada nyawa melayang karena sepak bola, terlalu sepele nyawa melayang hanya karena sepak bola,” pungkasnya.
Untuk update kegiatan Pasoepati Mengaji bisa diikuti melalui akun instagramnya pasoepati.mengaji. Komunitas dengan motonya ‘Ngaji Prioritas Persis Totalitas’ kini memiliki berbagai kegiatan dakwah dan sosial diatantaranya semakan iqro dan Al-Qur’an, pengajian, berbagi.
Yang perlu diketahui, pada pertandingan Grup A Piala Presiden antara Persis Solo versus PSIS Semarang di stadion Manahan yang dihadiri hampir sebanyak 25.000 orang pada Selasa sore (21/6/2022) lalu, komunitas ini berkolaborasi dengan sebuah lembaga kemanusian menghadirkan Humanity Water Tank (HWT) untuk digunakan sebagai air wudhu para suporter yang melakukan ibadah shalat jamaah.
Pada 5 September 2022 lalu, Pasoepati Mengaji sukses menyelenggarakan Pengajian Akbar bertajuk ‘ngaji iyo bal-balan iyo’ di Masjid Nurul Huda, Manahan dengan menghadirkan asatidzah ternama diantaranya ustadz Salim A. Fillah, ustadz Umaier Khaz, ustadz Yosi Al Muzanni dan lainnya. Tak ketinggalan, pemain legendaris mantan bek timnas Indonesia senior yang merupakan mantan pemain Persis Solo Wahyu Wijiastanto turut dihadirkan.