Syeikh Al-Qaradhawi dan Indonesia
Kabut duka masih menyelimuti dunia Islam. Kepergian sosok ulama mujadid abad ini, Syeikh Al-Qaradhawi dirasakan bagai kehilangan permata amat berharga.
Umat Islam tengah menyaksikan kebenaran sabda Nabi Saw. “Meninggalnya seorang ulama adalah musibah yang tak tergantikan, sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal, laksana bintang yang padam.
Sulit rasanya mencari pengganti sosok ‘Alim dengan keberkahan usia yang Allah berikan hampir satu abad. Yang menutup hari lahirnya ke-96 tahun dengan karya terakhirnya “Fiqh Sholah” setebal 750 halaman. Karya di penghujung hayatnya itu tercatat menjadi buah penanya ke- 197 sebagai bakti dan khidmahnya untuk umat.
Syeikh Al-Qaradhawi bagaikan ensiklopedia yang karya-karyanya memenuhi ruang dan segmen yang dibutuhkan umat. Memberi jawaban atas problematika kekinian yang menjadi tantangan muslim pada zamannya. Jutaan muslim penikmat dan pembaca karyanya di seluruh dunia mendapat pencerahan dan ilmu yang ditebarnya.
Sesungguhnya mata ini dapat mencucurkan airmata, hati bisa bersedih, dan sesungguhnya kami sangatlah berduka dengan kepergianmu duhai Syaikhanal Jalil Yusuf Al-Qaradhawi!
Duka mendalam juga dirasakan umat Islam Indonesia. Sejak Senin, 26 September 2022, berita wafat cendekiawan, da’i, pemikir besar, tokoh agama, ulama kharismatik itu menyeruak memenuhi jagad media.
Do’a dan takziyah dari masyarakat Indonesia tak berhenti mengalir mengiringi prosesi pemakaman syaikh yang dilakukan pada keesokan harinya, Selasa, 27 September 2022 di Doha Qatar.
*Kunjungan Syeikh Qaradhawi ke Indonesia*
Hubungan sang Syeikh dengan Indonesia sangat erat sekali. Selain banyak dari para tokoh dan ulama di Indonesia menjadi murid beliau dan memiliki kedekatan emosional dengannya, kunjungan Syeikh ke Indonesia yang dilakukan berulang kali juga menunjukkan perhatiannya yang besar kepada Indonesia.
Dalam catatan Hadi Nur Ramadhan Founder Pusdok Tamadun tidak kurang empat kali beliau mengunjungi negeri berpenduduk muslim terbesar ini. Tahun 1979, 1988/1989, 1998 dan 2007. Jika dirata-rata hampir setiap satu dekade beliau menyambangi muslim Nusantara ini.
Kunjungannya pada tahun 1979 boleh jadi merupakan kunjungan pertamanya ke Indonesia. Informasi perihal kunjungan ini terkonfirmasi dengan viralnya foto dokumentasi di media sosial. Nampak syeikh Al-Qaradhawi berdiri di antara para tokoh Nasiona di antaranyal; Buya Natsir, Buya Hamka dan KH. Hasan Basri.
Foto tersebut banyak diunggah seperti oleh Ustadz Fahmi Salim yang kemudian dikutip Republika dalam berita berjudul https://www.republika.co.id/berita/ritqtv320/ustadz-fahmi-salim-unggah-foto-syekh-yusuf-alqaradhawi-bersama-hamka-hingga-natsir.
Juga diunggah Pusdok Tamadun, Ustadz Hadi Nur Ramadhan di akun Instagramnya. Lebih lanjut ustadz Hadi yang juga wakil sekretaris LSBP MUI Pusat itu menjelaskan bahwa kunjungan Syeikh Al-Qaradhawi pada tahun 1979 itu antara lain ke Dewan Da’wah Islamiyyah Indonesia, Majlis Ulama Indonesia, Masjid Al-Azhar Kebayoran Baru dan Pesantren As-Syafi’iyyah yang baru diresmikan.
Di sebuah grup WA, Founder Pusdok Tamadun itu juga mengirimkan beberapa foto Syeikh Qaradhawi pada saat berkunjung ke As-Syafi’iyyah. Diketahui dari foto tersebut kedatangan Syaikh Qaradhawi saat itu bersama Ulama Qatar berpengaruh Syeikh Abdullah Al-Anshary.
Foto yang bersumber dari majalah Suara Masjid, No. 17 Tahun IV itu memotret Syeikh Al-Anshary dengan jubah dan sorban putih bersama Qaradhawi muda bergamis hitam dan kaca mata hitam berkopiah putih. Mereka berdua berdiri di antara Buya Natsir, KH. Abdullah Syafi’i, dan salah seorang perwakilan Dewan Da’wah H. Abdullah Salim.
Sedangkan kunjungan Syeikh Al-Qaradhawi berikutnya antara tahun 1988-1989. Saat itu di antaranya mengunjungi Masjid Dewan Da’wah di Karamat Raya yang belum selesai pembangunannya. Informasi mengenai kunjungan ini didapatkan dari tulisan Dudi S. Takdir, Kabid Kominfo Dewan Da’wah Islamiyyah Indonesia, dalam artikel di Media Dakwah, https://mediadakwah.id/mengenang-kedekatan-syaikh-yusuf-qaradhawi-dengan-pak-natsir-dan-dewan-dawah/.
Kedua kunjungan Syeikh Al-Qaradhawi pada tahun 1979 dan 1988-1989 ini bisa jadi difasilitasi oleh Dewan Da’wah Islamiyyah Indonesia pimpinan Buya M. Natsir yang saat itu memiliki pengaruh kuat di dunia Islam Internasional.
Pengaruh Buya Natsir dalam percaturan dunia Islam, khususnya di negara-negara Arab, tidaklah diragukan lagi. Beliau ikut serta dan terlibat pada beberapa organisasi Islam tingkat internasional.
Tahun 1967 diamanahkan menjabat Wakil Presiden World Muslim Congress (Muktamar Alam Islami), Karachi, Pakistan. Tahun 1969 menjadi anggota World Muslim League, Mekah, Saudi Arabia. Tahun 1972 menjadi anggota Majlis A’la al-Alam lil Masajid, Mekah, Saudi Arabia. Tahun 1980 menerima “Faisal Award” bersama Syeikh Al-Nadwi atas pengabdiannya kepada Islam dari King Faisal, Saudi Arabia.
Dan secara khusus pada tahun 1985 Buya Natsir bersama Syeikh Al-Qaradhawi merintis dan menjadi anggota Dewan Pendiri The International Islamic Charitable Foundation, Kuwait.
Adapun kunjungan berikutnya yang dilakukan Syeikh Al-Qaradhawi ke Indonesia adalah pasca Reformasi. Informasi mengenai kunjungan ini didokumentasikan oleh salah satu penerjemah Syeikh dalam lawatannya ketika itu, Ustadz M. Anis Matta.
Dalam akun twiternya Ustadz Anis mengunggah foto kenangan. “Pada 1998 saya beruntung ditugaskan menjadi penerjemah Syekh Dr. Yusuf Qaradhawi ketika berkunjung ke Indonesia. Foto diambil dalam acara dialog dengan tokoh perbankan di Jakarta”, demikian Ustadz Anis menulis di akun twiternya.
Kunjungan pasca Reformasi ini juga dikisahkan oleh salah seorang perwakilan Indonesia di Forum IIIT, Dr. Habib Chirzin. Kisahnya sebagaimana dimuat di Suara Muhamadiyah, https://suaramuhammadiyah.id/2022/09/27/takziyah-obituari-atas-wafatnya-syeikh-dr-yusuf-qaradhawi/ dituturkan sebagai berikut.
“Pada waktu itu Dr. Yusuf Qaradhawi yang sedang berada di Jeddah, menelpon saya, menanyakan apakah perlu baginya untuk bersilaturrahim ke Indonesia. Saya jawab bahwa kehadirannya ke Inddonesia yang sedang memasuki masa reformasi ini sangat perlu.” Demikian Habib Chirzin menulis.
Selanjutnya Habib Chirzin mengisahkan jika Dr. Yusuf Qaradhawi datang ke Jakarta, bersama Prof Dr. Mohammad Omar Zubair, mantan Rektor Universitas King Abdul Aziz University, Dr. Ahmad Totonji, Sekjen IIIT , didampingi oleh Dr. Ahmad Totonji, Sekjen IIIT, dan Sheikh Jamal Shairwan, Seorang ulama Hijaz.
Acara kunjungan Dr. Yusuf Qaradhawi cukup padat, silaturrahim dengan para pemimpin berbagai partai politik yang baru berdiri, bertemu dengan Menteri Pertanian dan Pangan, Prof. Dr. AM Saefuddin; Menteri Research dan Technology Prof. Dr. Zuhal, Ketua DPA Let Jend Ahmad Tirto Sudiro, Mengunjungi Pusat Latihan Perbankan BI, pertemuan dengan Gubernur BI dan kunjungan bersama kepada President Prof. Dr. Habibie. Demikian seperti ditulis oleh Habib Chirzin.
Sementara kunjungan Syeikh pada tahun 2007 boleh dibilang sebagai kunjungan istimewa. Sebab kunjungan tersebut dalam rangka memenuhi undangan langsung dari Presiden SBY saat melawat ke Qatar. Ketika keduanya bertemu di Qatar, SBY meminta Syeikh untuk datang ke Indonesia.
Dalam kunjungan tahun 2007 ini, selain hadir di Istana Negara, Syeikh Qaradhawi juga bertemu pimpinan DPR, MPR. Termasuk secara khusus di rumah dinas Ketua MPR saat itu Dr. Hidayat Nurwahid.
Kemudian juga bersama menteri Agama Maftuh Basyuni, Syeikh Qaradhawi juga berkunjung ke PBNU dan Pesantren Darun Najah.
Di PBNU, Syeikh Al-Qaradhawi diterima dengan hangat oleh para pengurusnya di antaranya KH. Ma’ruf Amin, KH. Hasyim Muzadi, KH. Said Agil dan lainnya. Situs NU Online mengabadikan kunjungan tersebut dalam sebuah Warta berikut, https://www.nu.or.id/warta/syeikh-yusuf-al-qaradhawi-saya-ini-amp8220anakamp8221-nu-aVzsd
Keakraban pertemuan dengan pimpinan salah satu ormas terbesar itu tercermin dalam kelakar yang sahut menyahut antara KH. Ma’ruf Amin dan Syeikh Qaradhawi. Saat itu Syeikh Al-Qaradhawi menjawab kelakar kyai yang saat ini menjadi orang kedua Republik ini dengan bergurau, “Saya ini anak NU”, kelakar Syeikh yang menunjuk tahun lahirnya sama dengan berdirinya NU.
Itulah beberapa kunjungan Syeikh Al-Qaradhawi ke Indonesia yang menunjukkan kecintaannya kepada umat Islam Indonesia. Kecintaan dan rasa ta’zhim yang sama kepada Syeikh ditunjukkan oleh kaum muslimin Indonesia saat menyambutnya berkunjung. Juga dengan mengkaji pemikiran dan ide-idenya yang bertebaran dalam karya-karya syeikh.
Penulis sendiri berkesematan bertemu langsung dengan Syeikh pada saat kunjungannya ke Libya tahun 2003. Penulis yang saat itu menjadi mahasiswa di Kuliah Da’wah Islamiyyah Tripoli Libya dapat menikmati keindahan dan keluasan ilmunya dalam khutbah Jum’at di kampus KDI dan hadir pada beberapa muhadhoroh yang diadakan di luar kampus.
Rahimahullah rahmatan wasi’ah, Inna Lillah Wainna Ilaihi Raji’un.
Oleh: Imanuddin Kamil Kabid Media JATTI, Alumni Standarisasi Da’i MUI angkatan 15