SOLO (Panjimas.com) – Ratusan warga Solo yang tergabung dalam Forum Solo Peduli Reformasi Polri (FSPRP) melakukan aksi unjuk rasa di Bundaran Gladak, Surakarta, Jum’at (2/9/2022).
Aksi tersebut terkait dengan desakan perombakan total di tubuh Polri paska mencuatnya kasus Ferdy Sambo atas pembunuhannya terhadap Brigadir J yang merupakan ajudannya. Mereka membawa spanduk dan melakukan orasi secara bergantian.
Ustadz Edi Lukito, S.H selaku Koordinator aksi, menyinggung bahwa Aparat Penegak Hukum (APH) yang berorientasi kekuasaan bukan keadilan akan melahirkan penegak hukum yang hedonistik, menegakkan hukum berbasis kepuasan nafsu diri sendiri dan kelompoknya.
Menurutnya, kasus Ferdy Sambo telah membuka kotak Pandora jati diri sebenarnya Satgasus Merah Putih yang dibanggakan Kapolri karena telah membongkar megakasus Narkoba. Sehingga Ferdy Sambo mantan Kasatgassus Merah Putih sempat memperoleh perpanjangan tugas oleh Kapolri Listyo Sigit sampai 31 Desember 2022.
Naas karir Sambo terhenti setelah pembunuhan Brigadir Yosua. Sambo dipecat dari jabatannya dan Satgasus Merah Merah Putih pun dibubarkan sendiri oleh Kapolri pada 11 Agustus 2022.
“Kepolisian Republik Indonesia perlu direformasi total, perombakan habis-habisan di dalam tubuh lembaga Polri, maka diperlukan instruksi tegas Presiden, bukan lagi anjuran dan kata-kata lipstick dan slogan belaka, Satgasus Merah Putih yang telah membuat kartel dan sindikat jahat berbasis polisi kolonial bermoral bejat, tidak cukup hanya dibubarkan tapi wajib di usut dan diaudit secara transparan sampai ke kroni-kroninya secara menyeluruh termasuk polisi yang terlibat di dalamnya,” ujarnya.
Disamping itu, ia menilai aroma kehidupan hedonis, sosialita, penyimpangan seksual, LGBT dan perselingkuan juga tercium mewarnai kasus Duren Tiga yang merusak citra dan moral Polri karena jaringan luas konsorsium dan sindikat Sambo melakukan abuse of power (penyalahgunaan wewenang) dan obstruction of justice (usaha untuk menghalangi penegakan hukum yang sebenarnya).
Untuk itu, sebagai upaya ikut andil memperbaiki marwah Polri dan kedaulatan NKRI, Forum Solo Peduli Reformasi Polri melakukan beberapa tuntutan sebagai berikut :
1. Tuntaskan efek keji dan ganas kartel dan konsorsium Sambo dan lainnya di pusat maupun daerah dengan membongkar sindikat jaringan polisi liar di lembaga kepolisian yang suka meneror rakyat.
2. Tuntaskan efek keji dan ganas kartel dan konsorsium Sambo dan lainnya di pusat maupun daerah dengan membongkar sindikat jaringan polisi liar di lembaga kepolisian yang suka meneror rakyat.
3. Kembalikan marwah Polisi menjadi Polisi Rakyat menjunjung tinggi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri, bukan menjadi Polisi Kolonial, Polisi Oligarki atau Polisi politik penguasa yang berorientasi kepada kekuasaan politik bukan ke adilan untuk rakyat.
4. Perbaikan secara tuntas, obyektif, transparan dan menyeluruh bukan saja mereformasi total di tubuh Polri tetapi juga reformasi terhadap lembaga-lembaga politik Negara yang menjadi mitra Polri. Jangan lagi terjadi politisasi dan makelar kasus (markus) yang menghalangi transparansi penegakan hukum, sebagaimana dalam rekonstruksi kasus Sambo yang menolak keterlibatan pengacara korban Brigad Y.
Forum Solo Peduli Reformasi Polri berharap agar Presiden Joko Widodo sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan begitu juga Kapolri sebagai pemimpin tertinggi di lingkungan Polri agar memperbaiki kondisi institusi Polri dan lembaga-lembaga mitra lainnya.