Jakarta, Panjimas – Terkait dengan isu terorisme masuk di dunia pendidikan, pendakwah dan tokoh pendidikan, Babe Haikal pun merespon hal itu dengan pernyataan yang disampaikan kepada media pada hari Ahad, (14/8/2022).
“Pahami dulu apa itu global Indeks, lalu kita bisa ambil kesimpulan. Terkait lemparan isu teroris masuk dunia pendidikan oleh Wakapolri beberapa waktu lalu, ijinkan saya meresponnya,” ujar Babe Haikal.
Global Terorrism Index dicetuskan oleh Instutite of economics and peace, yang didirikan oleh Steve Killelea. Pengusaha IT dan Riset asal Australia. Mereka mendata kejadian aksi terorisme selama kurun waktu setahun sejak 2021 yang dijadikan acuan dalam rilis berita itu. Tapi benarkah pendidikan disusupi terorisme?
Lepas dari penilaian pak Gatot Edy Pramono, perlu diingat bahwa dalam kurun waktu setahun sejak 2021, aksi terorisme terbesar justru terjadi di Amerika Serikat. Masih ingat seorang pria bersenjata berusia 18 tahun melepaskan tembakan pada tanggal 24 Mei 2022, di SD Robb, Uvalde, Texas. Kejadian ini menewaskan 19 orang, yang terdiri dari 18 anak-anak dan 1 guru. Bahkan di tahun 2021 terdaoat 93 insiden penembakan atau aksi terorisme di sekolah Amerika serikat, seperti dipaparkan Peggy G. Carr Komisioner NCES. Dan selama 2022, lebih dari 21.500 nyawa melayang akibat kekerasan bersenjata di seantero AS menurut data dari dari Gun Violence Archive.
Jadi, terkait isu terorisme masuk ke pendidikan, mari kita berkaca dari kasus-kasus di negara Amerika itu. Dalam pandangan saya, Pendidikan Indonesia adalah yang terbaik. Mengingat sistem yang dipakai adalah holistik. Menyeluruh. Dimana peran hubungan antara guru dan orang tua menjadi penting. Kontrol anak dilakukan di dalam dan di luar rumah. Kita sebagai oramg tua bisa tau siapa teman mainnya, kemana dia seharian, dan itu tercatat oleh orang tua dan guru.
Apalagi ke depan, saya mengusulkan untuk kembali menghidupkan mata pelajaran Moral seperti PMP dan Sejarah Bangsa seperti PSPB jaman dulu. Anak-anak kita perlu tau jatidiri bangsa. Siapa latar orang tua mereka dulu, dan nilai moral seperti apa yamg melandasi berdirinya negara Indonesia. Ini penting dan sangat urgent
“Untuk itu sejak 2 tahun lalu saya dan beberapa teman mendirikan Majelis Keluarga Indonesia. Kami yakin bahwa masalah Pendidikan Indonesia harus berangkat dari keluarga yang kokoh dan bermoral. Itu upaya kami,” tegasnya
Juga kami kurang sependapat bahwa terorisme dikaitkan dengan agama. Bukan sekolah agama, juga bukan salah pesantren. Tidak ada agama manapun mengajarkan kekerasan. Seperti Wakapolri bilang, “Tidak sedikit dari jumlah tersebut adalah anak-anak, perempuan, dan golongan usia renta; hal ini menunjukkan bahwa terorisme adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, bukan gerakan keagamaan,” kata Wakapolri dalam keterangan tertulisnya, Jumat (12/8/2022).