Jakarta, Panjimas – Buku dan segala media literasi yang menyajikan pengetahuan keagamaan memiliki peranan penting dalam pembinaan kehidupan beragama.
Semakin banyak bacaan seseorang akan semakin luas cakrawala pandangan dan pemikirannya. Minat baca, daya baca dan ketersediaan bahan bacaan perlu dikondisikan sejak dari lingkungan keluarga dan inspirasi dari orang tua serta guru.
“Rapuhnya kehidupan bangsa bisa disebabkan karena kemiskinan literasi sehingga mengakibatkan cara berpikir menjadi dangkal dan ingin segala sesuatu serba instan,” ujar Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag), Fuad Nasar
Generasi muda muslim diharapkan mudah mendapatkan pengetahuan agama dari sumber referensi yang valid, di samping melalui wadah pendidikan formal dan masjid. Hal itu untuk mengatasi timbulnya pemahaman keagamaan yang sempit.
“Oleh karena itu penerbitan buku-buku agama dan penulisan buku oleh ahlinya yang berkompeten perlu mendapat perhatian dan dukungan dari segenap unsur terkait dari hulu sampai hilir. Industri perbukuan Indonesia, khususnya buku-buku Islam, perlu didorong agar pulih dan bangkit di era digital ini,” tutur Fuad Nasar kepada Panjimas pada Jumat, (5/8/2022).
Dirinya juga setuju apresiasi terhadap perbukuan misalnya dari sisi pengenaan pajak dan aturan royalti dari penerbit perlu direviu ke arah yang lebih mendorong perkembangan karya cipta buku tanpa harus menyalahkan apa yang ada.
“Buku-buku Islam karya monumental para alim ulama Indonesia dan cendekiawan muslim di masa lampau diharapkan dapat diterbitkan ulang sebagai khazanah ilmu yang berharga dan bernilai. Di samping kita mendorong kreatifitas dan produktifitas para penulis kontemporer,” pungkasnya