KABUL (Panjimas.com) – Pemimpin Tertinggi Imarah Islam Afghanistan (IIA), Sheikh Hibatullah Akhundzada telah berjanji untuk tidak akan goyah dari jalan Islam “bahkan jika Afghanistan diserang dengan bom atom”.
Sheikh Hibatullah berbicara di Loya Jirga (Majelis Agung Pemimpin Agama dan Suku) hari ini 2/7/2022 di Kabul. Ia bersyukur atas berakhirnya pendudukan/penjajahan oleh Amerika dan bersyukur bahwa Imarah Islam mengambil alih pemerintahan Afghanistan.
Sebelum memulai pidato dalam pertemuan itu, Sheikh Hibatullah yang berbasis di Kandahar menerima ikrar janji setia/baiat dari 3000 peserta pertemuan itu.
“Terima kasih! Kami ucapkan selamat kepada semua orang atas kemenangan yang membebaskan negara kita dan penegakkan hukum Islam. Kemenangan jihad Afghanistan adalah ganjaran yang besar bagi seluruh bangsa khususnya rakyat Afghanistan. Semoga Allah menerima semua pengorbanan. Dalam 20 tahun ini semua orang telah berkorban, mereka lelah. Saya berdoa agar keluarga para syuhada dan anak yatimnya diberi kesehatan, dan siapapun yang mendukung jihad kami dalam kata, perbuatan dan moral, semoga Allah menerimanya.”
“Saudara-saudaraku! Keberhasilan jihad Afghan menjadi kebanggaan tidak hanya bagi rakyat Afghanistan tetapi juga bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia, dan semua umat beragama di seluruh dunia senang dengan kemenangan Taliban”.
“Kini, umat Islam di seluruh dunia sedang menunggu slogan perdamaian dan keamanan terpenuhi, sedangkan penguasa negara-negara Muslim saat ini hanya fokus pada kepentingan mereka. Perang Amerika dengan kami bukan untuk merebut tanah dan udara kami, tapi untuk merebut agama dan keyakinan kami, dan itu akan terus berlanjut sampai hari kiamat. Dunia ini tidak bernilai untuk hal-hal yang tidak diridhoi Allah. Itulah mengapa kita harus mengalahkan dunia”.
“Dunia tidak ingin Imarah Islam merdeka, dan mereka ingin memaksakan kehendak mereka dan mencampuri urusan internal kita. Bahkan jika anda menggunakan bom atom kepada kami, kami tidak akan melakukan hal yang dibenci Allah.”
Sheikh Hibatullah juga meyakinkan negara-negara tetangga bahwa IIA tidak memiliki niat buruk terhadap mereka.
Sementara itu wakil kepala IIA dan pejabat dalam negeri Sirajuddin Haqqani yang juga berbicara dalam pertemuan tersebut mengatakan bahwa dunia menuntut pendidikan inklusif bagi anak perempuan, tapi hal itu masih membutuhkan beberapa waktu untuk diterapkan di Afghanistan.