Jakarta, Panjimas.com – Ketua Umum Al Jam’iyatul Washliyah Dr. Masyhuril Khomis SH mengatakan hari ini merupakan hal yang istimewa bagi organisasi Al Jam’iyatul Washliyah kerena dengan rahmat Allah sejumlah tokoh bangsa yakni Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersamaan dengan Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan, Ketua PP Muhammadiyah Buya Anwar Abbas, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof H Moh Mukri, Ketua Lembaga Dakwah (LD) PBNU KH Abdullah Syamsul Arifin (Gus Aab) secara bersaaan hadir dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Mercure Ancol Jakrta Utara (11/6/22)
Prof Mukri menyampaikan tentang pentingnya kekompakan yang harus dilakukan oleh ormas Islam dalam membangun bangsa dan negara. Ia pun menuturkan bahwa kehadirannya sebagai bukti bahwa PBNU dan Al-Washliyah mampu bersinergi untuk membangun masyarakat secara bersama-sama.
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengatakan pemerintah harus jelas keberihakan kepada UKM (Usaha Kecil dan Menengah) atau UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) merupakan aktivitas usaha yang saat ini masih tergolong rendah, karena itu menurut Buya Anwar Abbas hendaknya pemerintah melakukan Affirmative action (tindakan afirmatif) yakni kebijakan yang diambil bertujuan agar kelompok/golongan memperoleh peluang yang setara dengan kelompok/golongan lain dalam memajukan ekonomi masyakat menengah kebawah.
Ada sepuluh kelompok trategis yeng menentukan masa depan bangsa, satu diantara sepuluh kelompok strategis yakni kalangan pengusa muslim yang belum menjadi penentu di Republik ini. Oleh karena itu ekonomi yang berkeadilan harus menjadi agenda utama menyelamatkan bangsa dari kesenjangan ekonomi.
Meneg BUMN tampil Erick Thohir berbalas pantun merespon pernyataan Buya Anwar, kata Erick apa dasarnya sepakat agar pemerintah melakukan interpensi untuk memperkuat UKM. Perhatian khusus ini, lanjut dia, dilakukan agar kelas menengah kebawah tidak menjadi warga kelas dua di Indonesia. Oleh karena itu kata Erick kekuasaan tanpa akhlak bisa jadi penindasan. Untuk itu umat mayoritas jangan tetjebak politik-kekuasaan yang melemahkan kekuatan ekonomi.
Contohnya saat ini Indonesia belum masuk dalam 5 besar ekspor-impor. Karena itu pemerintah melalui BUMN sudah mengintervensi kebijakan 80 % biaya utk UMKM dan Mikro melalui pembiyaan Bank BRI melalui Ibu Mekar di desa-desa tunbuh 12,7 bisa menjadi pondasi ekonomi saat Covid 19 tumbuh 7,1 juta. Contoh lain Meneg BUMN juga teah berupaya menyelamatkan Bank Muamala bersama Kemenag karena hampir 10 T keredit macet telah di strukturisasi sehingga dana BPKH dapat menyematkan Bank Muamalat.
Demikian juga Meneg BUMN melakukan strukturissi dan merampingkan sejumlah Badan Udaha Milik Negara dari 13 T keuntungan kini menjadi 126,T. Terkait dengan Bank syariah saat ini masuk 10 besar,
Upaya kainnya BUMN terus mendorong tenaga kerja di pesantren untuk dilatih, juga pertsop dan bank wakaf Mikro, 2400 santri, zakat BUMN gabung dengan Baznas untuk beasiswa.
Ada sentimetal bapak saya miskin dari Gunung Sugi menjadi pengusaha bisa menjadi 40 besar. Ini artinya kalau kita berkemauan bisa maju. Kita harus dorong pengusaha pribumi untuk tumbuh dan berkembang sepeti Gedung PT Pos peninggalan Belanda untuk kita dorong menjadi UMKM. Jangan pernah bertanya kita siapa tapi apa kontribusi yang dilajukan. Saya tidak membedakan NU-Muhammadiyah, Al Washliyah, karena itu pemerintah terus mendorong BUMN agar mensinergikan program UMKM dengan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah terus bertambah untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi tak hanya dinikmati segelintir orang atau kelompok.
Dalam sesi akhir Buya Amirsyah memberikan tausiyah menghimbau agar umat Islam yang mayoritas 97 % sebagai pengikut Muhammad (Muhammadiyah) harus bersatu mengikuti jejak langkah perjungan Rasullah yang sukses membangun masyarakat Madani, menjadi Negara Madinah, membutuhkan ulama yang yang kharismatik menyatukan umat dengan wadah Nahdatul Ulama (NU) bersama mempersatukan umat bersama Persatuan Umat Islam (PUI), yang dengan di hubungkan secara berjamaah (Al Jam’iyatul Washliyah), Ikatan Cendekiawan Muslim (ICMI) dan sejumlah ormas lebih dari 70 yang bergabung di MUI.
Karena perintah Allah dalam Qur’an وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا.
Artinya (QS.3:103).
Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai …
Jadi umat wajib bersatu meskipun beda kepentingan ekonomi, politik. Jangan sampai kepentingan politik berbeda membuat kita bercerai-berai.
Buya Amiryah menegaskan pilihan politik boleh beda, tapi ukhuwah hanya satu, baik dalam bentuk ukhuwah Islamiyah, insaniyah dan wathaniyah merupakan harga mati, sebagaimana NKRI merupakan harga mati.
“Karena itu umat jangan mau di pecah belah, di adu domba dengan isu radikal-radikul, khilafatul muslimin, dan lain-lainnya,” pungkasnya.