Jakarta, Panjimas.com – Masih ingat dengan shalat Idul Fitri di Jakarta International Stadium (JIS) yang dihadiri ribuan jamaah? Shalat id yang fenomenal dengan khatib Ketua MUI Pusat KH Cholil Nafis. Dalam khutbahnya, Kiai Cholil mengingatkan jamaah untuk bersyukur dengan semua nikmat Alloh, salah satunya dengan stadium yang jadi ikon DKI Jakarta dan menjadi salah satu prestasi Gubernur Anies Baswedan beserta jajarannya.
Nikmat terbesar yang didapatkan oleh bangsa Indonesia adalah persatuan. Namun, menurut Kiai Cholil yang dikenal tegas dan kritis ini, banyak orang yang merusak persatuan bangsa karena melontarkan berbagai cuitan kontroversial. Misalnya, ada seorang rektor yang mengatakan bahwa mahasiswi yang berjilbab bukan orang cerdas, bahkan melecehkannya sebagai manusia gurun. Karena itu, tugas ulama dan tokoh masyarakat harus selalu mengingatkan umat, bukan mengadudomba dan menimbulkan perpecahan.
“Saya berharap Babe Haikal menjadi orang yang bisa mempersatuan umat,” kata Kiai Cholil ketika menerima kunjungan Babe Haikal Hassan di kediamannya di Jakarta. “Kalau ada orang yang bersikap sinis, tidak perlu disikapi negatif karena bisa kontra produktif, cukup doain aja, jangan sampai kita orang baik, jadi jahat karena sikap orang-orang jahat,” tambah Rais Syuriah PBNU ini.
Babe Haikal menyambut ajakan dan nasehat Kiai Cholil. Karena, menurut Babe Haikal, persatuan umat akan rusak jika tidak tertanam akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat. “Berbuat baiklah kepada setiap orang, bahkan orang yang memusuhi dan memfitnah kita, Dengan sikap ini, maka persatuan umat akan kokoh,” jelas Babe sambil menyitir sebuah hadist nabi, “tidak beriman seseorang hingga ia mencintai saudaranya.”. dalam hadist lain Rasululloh juga mengingatkan orang mukmin itu seperti satu jasad. Karena itu, orang beriman itu tidak hanya ikut merasakan sakit jika saudaranya disakiti juga selalu menutup aibnya dan tidak menebarkan fitnah yang merugikan saudaranya.
Silaturahmi antara para ulama harus lebih banyak dilakukan. Tidak perlu lagi mempersoalan perbedaan tapi lebih fokus untuk mengikat persamaan demi mencapai agenda besar bangsa Indonesia. Inilah pesan mulia yang tercetus dalam pertemuan dua tokoh umat ini. (MKI)