Jakarta, Panjimas.com – Permasalahan umat adalah masalah bangsa, demikian juga sebaliknya masalah bangsa juga bagian dari masalah umat. Ketika umat mengalami kesenjangan ekonomi, gonjang ganjing politiknya tidak bisa dipisahkan dari masalah bangsa.
Demikian yang disampaikan oleh Sekjen MUI, Dr Amirsyah Tambunan MA dalam acara Halal bil Halal Idul Ftri Syawal 1443 H oleh keluarga besar Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) tanggal 10 Mei 2022 secara virtual seluruh Indonesia.
Lebih lanjut Buya Amirsyah Tambunan juga menjelaskan tentang pentingnya kesungguhan (jihad) dan berhijrah dalam merajut silaturrahmi untuk kemaslahatan umat dan bangsa yang kita cintai.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Umum Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), Prof Dr. Ir. Umar Santosa, MSc dalam sambutannya mengajak pengurus dan anggota PATPI untuk memperkuat silaturrahmi pasca Ramadhan 1443 H dengan menghayati dan mengamalkan QS ; Surat Al-Insyirah yakni:
1. اَلَمْنَشْرَحْلَكَصَدْرَكَۙ
Artinya:”Bukankah kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)? Dalam ayat ini dinyatakan bahwa Allah telah melapangkan dada Nabi Muhammad dan menyelamatkannya. Untuk itu umat Muhammad setiap menghadapi masalah perlu bersikap melapangkan dada sehingga terasa mudah menghapi dan menyelesikan masalah dalam hidup.
Dewan Penasehat PATPI,.Prof Dr Ir M Aman Wirakartakusumah, MSc memberikan sambutan bahwa PATPI telah berusaha memberikan kontribusi dalam mengatasi berbagai masalah pangan di Indonesia, karena pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus di jamin oleh negara.
Oleh sebab itu teknologi pangan menjadi salah satu solusi dalam mempercepat ketersediaan pangan agar seimbang supply dan demand atau penawaran dan permintaan untuk memenuhi kedaulatan pangan di Indonesia.
Lebih lanjut dalam Tausiyahnya Buya Amirsyah menyampaikan sejumlah pesan halal bi halal diantarnya bahwa negara Indonesia tengah menghadapi permasalahan serius terkait informasi yang kontra produktif yakni masih terpolarisasi masyarakat Indonesia di mana buzzer yang kurang mengedepankan rasa kepatutan, etika dalam berkomunikasi, sehingga muncul fitnah dan adu domba diantara sesama anak bangsa.
Oleh sebab itu penting merajut silaturrahmi untuk kemaslahtan umat dan bangsa dengan sadar berdasarkan panggilan Al Qur’an; pertama, Allah mengingatkan dalam QS Ali ‘Imran ayat 133-134. Firman tersebut berbunyi:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa”
Buah pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan diharapkan dapat pengimplementasian ayat 134 teruma saling memaafkan dan menahan amarah berdasarkan ayat Qur’an yang berbunyi :
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(yaitu) orang-orang yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema‟afkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan”
Atas dasar ini umat Islam harus mampu menjadi bagian dari upaya mewujudkan kemaslahan bangsa dengan meningkatkan tiga hal; pertama, silaturrahmi dapat memperkuat kepekaan sosial, kepedulian sosial; kedua, kepedulian sosial, lahir dari kesadaran dan kesalehan individual menuju kesalehen sosial; ketiga, kesalehan sosaial menjadi perekat untuk mewujudkan kemaslahatan umat dan bangsa. Semoga..
Nilai-nilai tersebut diatas harus terus dirajut sehingga dapat menjadi perekat bangsa ini ditengah ancaman baik dari aspek ekonomi maupun politik, hukum, dan lain-lain.
Oleh karena Buya Amirsyah mengajak agar momentum Syawal 1443 bagi bangsa Indonesia dapat dijadikan sebagai landasan nilai dalam memperkuat tatanan sosial budaya bangsa demi kemaslahatan umat dan bangsa.