SOLO (Panjimas.com) – Pembunuhan dokter Sunardi oleh Densus 88 menyita perhatian masyarakat Indonesia. Sejumlah pihak individu maupun lembaga menyayangkan kejadian yang disebut Siyono (petani di Klaten yang dibunuh Densus 88) jilid dua tersebut.
Klaim dari aparat, dengan dalih perlawanan yang dilakukan oleh korban saat proses penangkapan. Meski tanpa disertai surat penangkapan yang diterima dan diketahui keluarga. Dokter yang mengalami cacat fisik tersebut ditembak mati Densus 88 di jalan Cendono, Bendosari, Sukoharjo pada Rabu (9/3/2022) sekitar pukul 21.00.
Oleh karena itu, Dewan Syari’ah Kota Surakarta melakukan audiensi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surakarta pada Senin (14/3/2022) sekitar pukul 13.30. Elemen yang tergabung di DSKS yang berjumlah sekitar 20 orang tersebut diterima oleh Taufiqurrahman, salah satu pimpinan DPRD Kota Surakarta dari Fraksi Golkar.
Di hadapan pimpinan DPRD Kota Surakarta, Yusuf Soeparno selaku Dewan Syuro DSKS membacakan isi pernyataan sikap DSKS terkait meninggalnya dokter Sunardi tersebut yang ditanda tangani oleh ustadz Aris Munandar Al Fatah, Lc selaku Koordinator Dewan Ri’asah Tanfidziyah DSKS.
“Memohon kepada Ketua DPR RI untuk memanggil Kapolri dan Komnas HAM atas dugaan pelanggaran hukum pidana, kode etik maupun pelanggaran HAM dalam kasus terbunuhnya dr. Sunardi tersebut,” ujarnya.
Selanjutnya ia memohon kepada Ketua DPR RI untuk mengawal kasus tersebut agar tidak terjadi kembali dikemudian hari.
Sikap DSKS tersebut ditujukan melalui surat yang ditujukan ke Kapolri, DPR-RI dan Ketua Komnas HAM. Berhubung Pimpinan DRPD lainnya sedang bertugas di luar kota, Taufiqurrahman mengatakan bahwa surat tersebut akan dikirimkan ke tiga lembaga tersebut pada hari Rabu kedepan dengan surat pengantar pimpinan DPRD.
Ia mengapresiasi langkah yang dilakukan DSKS. Menurutnya dengan cara ini akan menimbulkan suasana kondusif, yang terpenting adalah aspirasi dan pesan tersampaikan.
“Mudah-mudahan diterima oleh pemerintah pusat dan dikabulkan permohonannya, semoga Allah Subhanahu wa ta’ala merestui kita semua,” katanya.
Endro Sudarsono selaku Humas DSKS mengatakan bahwa saat ini pihak keluarga pasif dalam kasus tersebut.
“Artinya dicukupkan dari ormas atau tim advokasi untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan dokter Sunardi,” tutur Endro kepada awak media usai audiensi.
Menurut berbagai sumber, dokter Sunardi merupakan pejuang kemanusiaan yang kerap turun tangan membantu masyarakat yang mengalami musibah bencana maupun dampak konflik. Ia dikenal sebagai dokter yang kerap menggratiskan masyarakat yang berobat di kliniknya. Kecelakaan yang menimpanya saat mengirim bantuan di gempa Bantul, Yogyakarta mengakibatkan salah satu kakinya pincang sehingga kesehariannya terpaksa menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan.