JAKARTA, Panjimas.com – Maskapai penerbangan Garuda yang merupakan kebanggan bangsa kini sedang berada dalam kesulitan keuangan yang benar-benar sudah mengancam eksistensinya karena kalau perusahaan milik BUMN ini tidak bisa mendapatkan suntikan dana segar maka keadaannya tentu akan semakin memburuk bahkan bisa ditutup dan mati karena jumlah pemasukannya hanya sedikit sementara pengeluarannya masih besar dan banyak.
Hal ini tentu membuat keprihatinan banyak orang, termasuk Anwar Abbas selaku pengamat sosial ekonomi dan keagamaan yang juga sekaligus menjabat sebagai Ketua PP Muhammadiyah tersebut.
“Dengan demikian sehingga setiap bulan perusahaan tentu saja harus berusaha untuk menutup ketekoran yang ada dengan berhutang atau jual aset dan atau mendapatkan subsidi dari pemerintah. Keadaan ini tentu sangat memprihatinkan karena kalau hal ini tidak bisa segera di atasi maka tentu sudah pasti keuangan Garuda akan berdarah-darah dan bangkrut sehingga nyawanya tidak lagi bisa terselamatkan,” ujar Anwar dalam keterangan tertulis yang disampaikannya kepada Panjimas.
Keadaan buruk seperti ini menurut dirinya bisa terjadi tentu tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan adanya faktor-faktor eksternal dan internal yang tidak mendukung. Dari sisi eksternal misalnya adanya Pandemi Covid-19 dimana mobilitas masyarakat jelas sangat-sangat jauh berkurang hal ini tentu akan sangat berdampak terhadap pemasukan dan pendapatan Garuda.
“Di samping itu keadaan juga diperparah oleh sikap para lessor asing yang sewenang-wenang dalam memberikan kredit dan itu kata Peter F. Gontha telah terjadi selama 2012-2016. Dan kemampuan serta usaha dari pihak manajemen untuk melakukan negosiasi dengan pihak lessor asing tersebut guna mengurangi utang dan beban perusahaan juga tampak tidak jalan sehingga akibatnya nasib garuda membuat kita benar-benar merasa nelangsa,” ujar Anwar Abbas lagi pada Jum’at, (29/10/2021)
Dari sisi internal masih menurut Anwar yang juga sebagai Wakil ketua umum MUI itu terlihat pihak manajemen dan para pilot serta awak kabin juga telah ikut membuat keadaan keuangan perusahaan semakin terpuruk karena sudah jelas aliran dana masuk sangat-sangat rendah semestinya mereka juga melakukan langkah-langkah yang signifikan dengan mengurangi pengeluaran perusahaan dan salah satu caranya yaitu mengurangi gaji dan fasilitas yang mereka dapat selama ini.
Disinilah menurut Anwar, kita lihat lemahnya semangat berkorban dari para pihak yang terlibat untuk bisa melakukan sesuatu yang berarti dan bermakna meskipun hal itu akan mengakibatkan berkurangnya tingkat pendapatan dan kesejahteraan mereka padahal seperti kita ketahui dari pihak Dewan Komisaris karena mengingat kondisi keuangan perusahaan, sudah sepakat untuk memberikan contoh dan mengusulkan penangguhan gaji anggota komisaris.
Tindakan ini jelas-jelas tujuannya adalah dalam rangka meningkatkan efisiensi keuangan perseroan dan memberikan contoh serta teladan kepada para pihak direksi dan karyawan serta para pilot dan awak kabin agar juga mau melakukan hal serupa walau tidak persis sama.
Untuk itu pihak dewan komisaris seperti disampaikan Yenni Wachid telah mengusulkan agar dilakukan pemangkasan terhadap gaji para pihak yang ada didalam perusahaan dimana semakin besar jabatan, semakin tinggi pula porsi potongannya.
Tetapi hal itu tampaknya tidak diterima.Bahkan seperti disampaikan oleh Peter F. Gontha usulan itu telah ditolak oleh Asosiasi Pilot Garuda (APG) yang tidak mau hak atas fasilitas yang mereka dapat selama ini dikurangi sehingga hal demikian benar-benar telah menghambat bagi Garuda untuk melakukan restrukturisasi keuangannya.
“Jadi tampaknya hati nurani dan rasa kebersamaan sejati yang lebih mengedepankan keselamatan dan kemashlahan bersama yang menjamin bagi terjaga dan terpeliharanya eksistensi lembaga atau institusi dimana mereka bekerja sudah tidak lagi tampak dalam kehidupan dunia usaha kita. Hal ini tentu jelas sangat kita sesalkan dan sangat patut untuk diprihatini,” tandas Anwar lagi.
“Apalagi kalau sampai perusahaan Garuda ini bangkrut dan ditutup maka pertanyaannya apalagi yang bisa kita banggakan sebagai bangsa dalam dunia penerbangan di negeri ini. Kasihan sekali bangsa dan negeriku,” pungkasnya