KLATEN (Panjimas.com) – DC Comics memutuskan karakter Superman yang diperankan oleh Jon Kent dalam seri terbaru Superman of Earth: Son of Kal-El, yang akan terbit 9 November mendatang, sebagai seorang biseksual. Jon Kent merupakan putra dari Clark Kent dan Lois Lane yang memiliki kekuatan super sama seperti ayahnya. Ia dikisahkan “jatuh cinta” pada teman lelakinya, Jay Nakamura.
Beberapa tokoh dan praktisi Pendidikan Islam merespon serius masalah ini, serta menghimbau pemerintah dan masyarakat untuk mencegah peredaran komik ini di tanah air. Salah satunya adalah Pimpinan PPTQ Ibnu Abbas Klaten, Dr. KH. Hakimuddin Salim, Lc. MA. “Terbitnya komik Superman Biseksual adalah lanjutan dari kampanye LGBT Internasional. Ini untuk mendobrak pakem orientasi seksual yang normal. Awalnya biseksual, lama-lama mengarah kepada homoseksual”, tegasnya kepada Panjimas.com (20/10/2021).
Penulis tesis “Pendidikan Seksual Menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah” ini menerangkan, bahwa istilah biseksual umumnya digunakan dalam konteks ketertarikan seksual seseorang kepada pria maupun wanita sekaligus. Istilah ini juga didefinisikan sebagai kecenderungan seksual pada seseorang tanpa mempedulikan jenis kelaminnya.
Beberapa waktu yang lalu, anggota DRT DSKS ini sudah mengingatkan akan bahaya propaganda LGBT. Bukan hanya soal penyimpangan seksual yang bertentangan dengan Syariat, tetapi juga gerakan internasional yang sistematis dan unlimited dananya ini akan melemahkan ketahanan keluarga, serta menurunkan angka kelahiran di negeri-negeri kaum Muslimin.
Saat barat mengalamai krisis kependudukan, mereka terus mengkampanyekan freesex, lesbi ataupun homo. “Kita curiga ini merupakan kelanjutan dari kampanye LGBT Internasional, yang harus dilawan untuk melindungi bangsa kita dari depopulasi,” ujarnya kepada Panjimas.com, Selasa (31/8).
Doktor Ushul Tarbiyah lulusan Universitas Islam Madinah itu menjelaskan, lifestyle LGBT ini akan menyebabkan sebuah masyarakat mengalami penurunan angka usia produktif. Ini terjadi karena proses memiliki keturunan berhenti. “Problem demografis ini sedang dialami oleh beberapa negara barat, dimana mayoritas apotek disana tidak lagi menjual pampers bayi, melainkan menjual pampers lansia”, katanya.
Khusus soal komik, Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini mengingatkan para orang tua untuk lebih ketat mengawasi bacaan dan tontonan anak-anak di rumah. Beliau mengatakan, “Sekarang ini banyak propaganda LGBT yang diselipkan pada berbagai film dan komik anak. Para superhero fiktif seperti Catwoman, Iceman, Poison Ivy, dan Green Lantern, mulai ditampilkan sebagai sosok yang mempunyai disorientasi seksual”.
Untuk menghadapi propaganda LGBT melalui film dan komik, selain melakukan pemboikotan, Ustad Hakim juga menyerukan kepada para aktivis untuk lebih giat memproduksi komik atau film animasi yang Islami dan sehat untuk kepribadian anak-anak Indonesia.
“Kita lawan film dengan film. Komik dengan komik. Animasi dengan Animasi. Kita punya banyak sosok superhero non fiksi yang layak dikagumi anak-anak kita, baik dari para Nabi, Sahabat, Pahlawan Islam, dan lain sebagainya”, pungkasnya