SOLO (Panjimas.com) – Rencana pemberian nama tokoh sekuler Turki Mustafa Kamal Attaturk di sebuah jalan di DKI Jakarta menjadi menuai protes dari ulama di Solo. Ketua Dewan Syuro DSKS ustadz Muzayyin Marzuki turut menanggapi hal tersebut. Menurutnya rencana tersebut merupakan kesempatan membuka konspirasi yang pernah menghancurkan Islam.
Ia menyatakan bahwa pemerintahan NKRI yang berlandaskan Ketuhanan yang Maha Esa adalah bermakna berlandakan tauhid menurut perpektif Islam, yang merupakan pijakan yang paling dasar dalam ajaran Islam. Ia mengatakan bahwa dengan hal itu, sebuah karya menjadi bermakna dan sebaliknya tanpanya sebuah karya akan sia-sia belaka.
“Warga negara kita alhamdulillah mayoritas muslim meski dengan kualitas iman yang berbeda-beda. Ini merupakan karunia Alloh yang tidak bisa dihargai dengan apapun di dunia ini. Untuk itu sudah semestinya-lah pelaksana pemerintahan kita dalam setiap membuat kebijakan, selayaknya memperhatikan suara hati umat Islam yang merupakan warga negara mayoratas,” tuturnya, Senin (18/10/2021).
Ia mengatakan bahwa dengan selalu mengakomodir aspirasi positif, mereka [umat islam] akan mendatangkan berkah bagi bangsa dan negara dengan izin Alloh. Sebaliknya, jika mengabaikan aspirasi mereka, akan menimbulkan berbagai masalah, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dunia maupun akhirat. Termasuk diantaranya rencana pemberian nama jalan dengan Musthofa Kamal Atatturk.
“Ini menunjukkan ketidak fahaman akan islam dan perjuangan umat islam, semestinya-lah diambil nama-nama pejuang islam seperti Muhammad Al Fatih atau Sultan Abdul Hamid bukan malah pecundangnya atau penghianatnya seperti Mustofa Kamal. Rencana semisal akan mengesankan image negative bagi negara kita di masyarakat internasional, khususnya dunia Islam,” ujarnya.