SOLO (Panjimas.com) – Peringatan Hari Raya Syi’ah yang dilaksanakan setiap tanggal 18 Dzulhijjah akan jatuh bertepatan pada Rabu, 28 Juli 2021 besok. Peringatan Hari Raya oleh kelompok penghina keluarga Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam tersebut selalu mendatangkan polemik setiap tahunnya.
Seperti yang terjadi di Mertodranan, Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta tahun lalu. Acara yang diduga perayaan Idul Ghadir tersebut mendapatkan penolakan dari kalangan kaum muslimin ahlussunnah wal jama’ah yang akhirnya terjadi bentrok yang mengakibatkan ketegangan di Kota Solo.
Perlu diketahui bahwa Idul Ghadir adalah sebuah perayaan yang dilangsungkan oleh penganut Syi’ah untuk memperingati khutbah terakhir Nabi Muhammad SAW di Ghadir Khum, yang terjadi pada 18 Dzulhijjah 10 H dalam kalender Islam. Dalam peringatan tersebut sebagaimana juga peringatan-peringatan hari raya Syi’ah lainnya, seperti ‘Asyuro, seringkali diisi dengan kegiatan yang diantaranya direfleksikan dalam bentuk kecaman, hinaan dan penodaan terhadap kesucian agama Islam yang dapat mengundang kemarahan umat Islam. Hal itu disampaikan oleh K.H. Athian Ali Da’i, Lc., M.A selaku Ketua Umum ANNAS (Aliansi Nasional Anti Syi’ah) dalam rilis yang diterbitkan sejak 16 Juli 2021 lalu.
“Sehingga berpotensi menimbulkan konflik horizontal sebagaimana yang sebelumnya pernah terjadi di berbagai daerah di Tanah Air,” ungkapnya.
Kini acara yang penuh kontroversial tersebut tinggal beberapa hari, belum ada tanda-tanda akankah perayaan tersebut akan dilarang aparat. Dengan demikian, untuk menjaga agar tidak terjadi konflik horizontal dan tetap terpeliharanya suasana yang kondusif, ANNAS berharap Kapolri menginstruksikan kepada para Kapolda dan Kapolres di seluruh Indonesia untuk tidak memberikan segala bentuk perizinan bagi kegiatan yang dinilai sesat oleh kaum muslimin ahlussunnah wal jama’ah tersebut.