JAKARTA, Panjimas – Bercerita tentang KH Luthfie maka sepertinya kita tidak akan pernah cukup hanya dengan menuliskan cerita tentang perjalanan Almarhum dalam satu lembar kertas saja atau hanya dalam sebuah ungkapan, quotes atau pun caption saja. Maka itu semua tidak akan pernah cukup, Insya Allah.
Mengenal beliau itu seperti samudera luas tak bertepi, layaknya seorang Imam Bukhori yang berjalan. Mengenal beliau itu sebagaimana seharusnya kita dibimbing dalam Keindahan Islam. Mulai dari tidur sampai dengan tidur lagi. Kita bisa dengan mudah belajar langsung dengan Dr. Ahmad Luthfi Fathullah, M.A., alumnus Yordania yang kemudian mendirikan Pusat Kajian Hadist yang lokasinya tepat berada di belakang Masjid Al-Mughni, Kuningan, Jakarta Pusat.
Adalah berdirinya Yayasan Al-Mughni di Kuningan, Jakarta sebagai Yayasan Keluarga Guru Mughni (Ulama Jakarta) dan juga sekaligus adalah sebagai awal mula bergeraknya seorang Dr. Ahmad Luthfi Fathullah, M.A., untuk memberikan pencerahan dan turut mencerdaskan kaum muslimin di Jakarta khususnya dalam belajar dan mengenal kembali ajaran Islam berkaitan tentang ilmu Hadist baik Hadist Shohih Bukhori dan Hadist-hadist yang lainnya.
Penulis sudah mengenal Almarhum sejak tahun 2005 ketika penulis baru saja selesai mengabdi (belajar) di Institut Studi Islam Gontor Darussalam (S1).
Saat itu salah satu tempat pengabdian penulis setelah mondok adalah sampai di Medan, Sumatera Utara. Adalah Pesantren Babusalam tempat penulis menyelesaikan pengabdian usai lulus dari pondok. Salah seorang yang penulis temui pertama kali disana itu adalah Dr Ahmad Luthfi Fathullah, M.A.
Walaupun saat itu saya sudah mendapatkan tugas menjadi salah satu Jenderal Afair dari NGO IIFTIHAR (The Internasional Islamic Forum For Science And Technologi Human Resource Development) di bawah naungan Habibi Center yang berkantor di BPPT saat itu. Lokasinya di daerah sekitaran Thamrin, tapi untuk salat Jumat kadang saya lebih memilih untuk pergi dan salat Jumat di Masjid Al-Mughni, Kuningan.
Di situlah saya sering kemudian melakukan diskusi keilmuan dengan beliau. Karena memang almarhum adalah sebagai Senior saya di Pondok Pesantren Gontor. Sehingga saya jadi lebih bisa banyak diskusi dengan beliau tentang banyak hal dan sampai kemudian akhirnya kami bisa mengabdi di Ponpes Daarul Qur’an sejak tahun 2006 akhir sampai dengan saat ini.
Ternyata guru kita KH Yusuf Mansur memiliki program bersama, yaitu Kajian Shahih Bukhori setiap subuh, saat itu di TVRI, yang sempat beberapa kali di isi oleh Dr. Ahmad Luthfi Fathullah, M.A. dan KH Yusuf Mansur.
Bahkan kami sempat melakukan road show sampai ke Jawa Tengah, Jawa Timur, untuk mengenalkan program yang dirancang beliau saat itu. Sebuah program aplikasi pencarian Hadist-hadist lewat gadget. Bukan hanya mesin pencari Hadist di gadget tetapi juga bagaimana cara membaca hadist-hadist tersebut. Misal tentang hadist soal makan. Kemudian bagaimana Rasulullah Saw saat tidur. Banyak hadist yang bisa dicari di aplikasi tersebut. Nah itu semua dibuat dalam media (sarana) yang lebih baik lagi. Saat itu sekitar tahun 2010-2011 di saat itu lagi musim- musimnya orang punya Gadget Tab.
Nah beliaulah almarhum yang membuat sebuah aplikasi pencarian Hadist yang dengan mudah di install (download) orang ketika mencari informasi tentang hadist-hadist dan rujukannya dari Kitab Shahih Bukhori dan yang lainnya.
Subhanallah yah… setelah pasca wafatnya Prof Dr. KH Ali Mustofa Yakub, seorang Ahli Hadits dari Indonesia. Maka praktis banyak permasalahan-permasalahan yang timbul tentang hadist yang sering dipertanyakan masyarakat sehingga kemudian banyak orang yang bertanya kepada Dr. Ahmad Luthfi Fathullah, MA sebagai sumber rujukan ilmu hadits.
Saya juga baru ingat, dari tahun 2005 sd tahun 2019 saya seperti kena magnet Masjid Al Mughni. Sekitar medio tahun 2005 ketika masih bekerja di NGO IIftihar dan berkantor di sekitar bilangan Thamrin Kuningan. Kalau Jum’at an pasti sering memilih untuk pergi ke Masjid Al Mughni Kuningan.
Tahun 2016 saya mendapat beasiswa S2 di Universitas Trisakti kampus Kuningan, Jakarta. Saat hari Jum’at biasanya kelas jam 14.00 Wib maka saya sebelum masuk kuliah memilih Jum’atan dulu di Masjid Al Mughni baru kemudian masuk kuliah dan itu berlangsung hampir selama 2 tahun saya kuliah S2 di Trisakti, Kuningan Jakarta.
Subhanallah yah, sebagai seorang abang bagi saya, almarhum adalah sosok yang begitu melekat dan dekat bagi saya, bahkan kadang-kadang saya japri beliau untuk mengirim WhatsApp ke beliau atau pun saat itu masih banyak orang yang masih menggunakan BlackBerry dan menanyakan tentang hadist apapun, dan beliau pun menjawab langsung dengan matan-matan hadist nya.
Subhanallah ya, almarhum adalah sosok yang sangat perhatian kepada semua orang termasuk perhatian beliau kepada kita-kita semua yang menjadi murid-muridnya.
Subhanallah, Insya Allah ini semua akan menjadi banyak kekuatan buat kita saat ketika kita harus kehilangan orang yang kita sayangi, belum lagi kiprah beliau terhadap pengembangan hadist yang ada di Indonesia.
“Allahummagfirlahu warhamhu waafihi wafuanhu waakrim nuzulahu waasim mudkholahu, wanaqihi minal khotoya, allahumaj’al qabrawdhatan min riyadhil jinnah wala taj’al qabrahu ghufrotan min ghufroniran,
Allahumaghfirlana waliikhwaninaladzina sabaqunabil imaan, wala taj’al fi qulubina billalilladzina aamanu robbana innaka raaufurahim”