JAKARTA, Panjimas – Saat ini tidak banyak para aktivis yang masih berani kritis dan masih mau menyuarakan kebenaran. Salah satunya adalah Tokoh Tionghoa yang juga Aktivis sosial kemanusiaan, Lieus Sungkharisma yang bertemu dengan Presiden PKS, Ahmad Syaikhu di kantor DPP PKS Jakarta pada hari Jumat, (17/6/2021).
“Saya tak pernah menyangka di Indonesia demokrasi yang dulunya tumbuh begitu bagus setelah reformasi, kini rasanya meredup. Praktis sedikit sekali orang yang menyuarakan kebenaran. Sampai suaranya kalah sama clamitan nya para buzzer,” ujar Lieus Sungkharisma.
Menurutnya, saking masivnya dengungan buzzer seolah-olah nampak benar dan menutupi kebenaran itu sendiri. Dan pendapat intelektual akan nampak salah dan bodoh. Para intelektual yang berani bersuara akan dibantai habis sampai tak berkutik oleh para buzzer-buzzer tersebut.
Fenomena matinya suara intelektualitas ini mengkhawatirkan. Entah karena takut diserang para buzzer atau dikebiri oleh penguasa atau entah karena sudah pasrah. Tentunya kondisi seperti sekarang ini tidak sehat untuk sebuah negara demokrasi
“Coba Anda bayangkan, soal para pegawai KPK yang dihabisi dengan isu Taliban dan tidak Pancasilais yang dilontarkan pertama kali oleh buzzer. Betapa jahatnya para buzzer mampu menggiring opini tersebut dan kita semua mendiamkan dan akhirnya para orang awam membenarkan fitnah buzzer tersebut. Sampai orang-orang yang bekerja mati-matian memberantas korupsi akhirnya harus tersingkir dengan stigma buruk dari tempatnya bekerja,” kata Lieus pada (17/6/2021).
Pembuat fitnah bisa melenggang bebas dan berkoar-koar terus. Apakah kondisi seperti ini yang kita inginkan di Indonesia? Untuk itu dirinya sowan dan datang ke PKS ingin belajar dan berbagi kecemasan tentang kondisi demokrasi Indonesia.
“Saya percaya di Indonesia masih banyak orang baik yang mampu melihat permasalahan bangsa ini dengan sikap yang adil. Salah satunya di PKS yang banyak kadernya intelektual lulusan luar negeri dan dalam negeri yang pintar-pintar,” katanya
‘Saya berharap PKS bisa menyuaran suara kebenaran sehingga yang benar memang benar yang salah tampak salah. Tidak seperti sekarang ini. Yang salah dibenarkan sehingga Nampak benar, dan yang benar disalahkan sehingga nampak salah,” tandasnya.
Dirinya juga berharap mudah-mudahan setelah ini, muncul para suara pembela kebenaran dari seluruh pelosok negeri yang mampu membungkam suara buzzer yang sudah sangat keterlaluan, bukan lagi sebuah kritik yang membangun. Dan saya yakin PKS bersama partai lain bisa menjadi pembawa suara kebenaran walau sekecil apapun. Semoga fenomena matinya (suara) para intelektual segera berakhir.