JAKARTA, Panjimas – Kembali membuat keterjutan publik dan menimbulkan polemik di masyarakat, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menggelar kegiatan Halal Bihalal Lintas Iman dengan tema “Sambung Rasa Persaudaraan Antar Umat Bergama dan Penghayat Kepercayaan pada hari Selasa, (18/5/2021) lalu.
Menag Yaqut bahkan dalam acara itu mewacanakan meningkatkan toleransi dalam konteks beragama. “Mari terus meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama. Tidak hanya sebatas simbolik perayaan atau peringatan keagamaan, namun harus ditingkatkan dalam kehidupan keagamaan dan kehidupan sosial kita,” ujar Yaqut
Adalah Aswaja Menangkal Aliran Liberal (AMAL) sebuah Tim Forum Kajian Aqidah yang mengkritisi langkah apa yang diambil oleh Menag tersebut yang dinilai mencampurkan adukan agama dengan bungkus toleransi dan hal itu adalah jauh dari batas kewajaran bagaimana kita bertoleransi terhadap umat lain.
“Bagi umat muslim tidak ada masalah jika non muslim ingin ikut juga menyemarakan hari besar umat muslim, Idul Fitri. Tetapi mengajak non muslim merayakan Idul Fitri tentu bukan permintaan tanpa balas jasa, apalagi kegiatan itu juga dibungkus perayaan Idul Fitri dan Kenaikan Isa Al Masih,” tulis AMAL dalam surat terbukanya pada Jumat (21/5/2021).
Balas jasa yang dimaksud menurut AMAL itu adalah pengorbanan Aqidah. Untuk itu umat muslim dituntut juga ikut menyemarakkan hari besar non muslim yang berbarengan dengan perayaan Idul Fitri yakni dengan mengucapkan : “Selamat Atas Kenaikan Isa Al Masih”.
Dalam jangka panjang menurut tim AMAL imbal balik balas jasa itu akan lebih ekstrim lagi. Sebagaimana diketahui kurun waktu 3-4 tahun kebelakang umat muslim yang masih awam akan dengan senang hati untuk ikut dan menyemarakkan kegiatan Natal Bersama. Bukan hanya dalam bentuk mengucapkan tetapi sudah sampai ikut ibadah nyanyi bersama di dalam tempat ibadah mereka. Yang kesemuanya itu menurut Tim AMAL dibungkus dengan kemasan isu toleransi.
Untuk itu Tim AMAL mengingatkan kita semua sebagai muslim yang baik harus memperhatikan dan menjaga Aqidah kita bersama.Jika non muslim terbiasa mengikuti kegiatan umat, hal itu mungkin tidak jadi masalah dan tidak menjadi beban mereka.
“Sedangkan kita sebagai umat muslim memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjaga Aqidah yang Haq ini. Ketika kita ikut meramaikan kekufuran itu artinya kita telah membantu kemaksiatan. Sedangkan kemaksiatan dalam bentuk kekufuran adalah bentuk kemaksiatan yang paling dimurkai oleh Allah dan diancam siksa neraka selamanya,” tandas Tim AMAL kepada media.
Sebesar-besarnya dosa zina masih jauh berada dibawah level syirik. Karena dosa zina bisa diampuni oleh Allah di akhirat. Sedangkan dosa syirik tidak akan pernah diampuni oleh Allah Swt.
“Maka terpikirkah betapa murkanya Allah Swt saat menyaksikan sebagian umat muslim yang malah justru ikut menyemarakkan kegiatan dosa kesyirikan yang merupakan paling dimurkai oleh Allah SWT,” tandasnya