JAKARTA, Panjimas – Pernyataan Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) AM Hendropriyono yang mengatakan bahwa Palestina dan Israel bukan urusan kita, bangsa Indonesia. Melainkan urusan bangsa Arab dan bangsa Yahudi rupanya banyak mendapat kritikan dan tanggapan dari berbagai pihak.
Salah satu yang menyampaikan kritikannya adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Melalui Anwar Abbas selaku Wakil Ketua Umum MUI memberikan tanggapan dan kritikan terhadap mantan Kepala BIN tersebut.
“Di dalam ajaran Islam kita tidak hanya diminta untuk memperhatikan diri kita saja tapi kita juga diminta untuk peduli kepada orang lain kepada tetangga kita masyarakat dan bangsa kita serta kepada negara lain dan manusia-manusia yang ada disana,” ujarnya.
Oleh karenanya menurut Waketum MUI itu di dalam khazanah ajaran Islam dalam konteks hubungan dengan sesama dan dalam bentuk yang lebih makro ada tiga jenis ukhuwah atau persaudaraan yang harus kita tegakkan dan junjung tinggi yaitu Ukhuwah Islamiyyah, Ukhuwah Wathaniyah (kebangsaan) dan Ukhuwah Basyariah (kemanusiaan).
Masih menurut dirinya, sikap dan pandangan seperti ini juga tampak terefleksi di dalam alinea pertama Mukaddimah atau pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
“Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia itu tidak boleh hanya sibuk berfikir dan berbuat untuk dirinya sendiri saja tapi dia juga harus peduli terhadap nasib dan keadaan bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu salah satu prinsip luhur dan mulia yang harus dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana kita bisa berjuang untuk tegak dan dijunjung tingginya nilai-nilai perikemanusiaan dan perikeadilan dalam hidup dan kehidupan ini,” kata Anwar Abbas pada (20/5/2021).
Sehingga menurut dirinya, karena biang keladi yang paling utama yang telah membuat terciptanya satu kehidupan yang tidak berkeadilan dan tidak menjunjung tinggi nilai-nilai perikemanusiaan adalah penjajahan maka para The Founding Fathers atau para pendiri bangsa kita telah melihat bahwa yang namanya penjajahan di atas dunia ini harus dihapuskan.
“Ini artinya sebagai bangsa kita tidak boleh membiarkan ada suatu suku bangsa atau negara di dunia ini yang menjajah bangsa lain. Itulah sebabnya sampai hari ini kita sebagai bangsa tidak bisa mengakui dan tidak mau membangun hubungan diplomatik dengan israel karena Israel jelas-jelas secara mata telanjang telah mencaplok dan menjajah tanah dan wilayah yang menjadi milik dari bangsa Palestina,” tuturnya.
Bahkan tidak hanya sampai, menurut dirinya Israel juga telah mengekang kebebasan dan hak hidup serta hak berbicara bangsa Palestina. Bahkan untuk mencapai tujuannya Israel tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan dan membunuh para wanita dan anak-anak Palestina yang tidak berdosa dengan cara-cara yang sangat kejam dan sadis yang benar-benar tidak sesuai sedikitpun dengan nilai-nilai keadilan dan perikemanusiaan .
“Oleh karena itu kalau ada orang yang menganjurkan agar kita tidak perlu peduli terhadap nasib rakyat palestina yang dijajah dan dibantai oleh Israel secara semena-mena maka pandangan yang seperti itu jelas-jelas tidak sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia, yakni Pancasila,” tandasnya.
Terutama sila kedua dari Pancasila, yaitu sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.
“Dan juga pandangan yang seperti itu menurut saya menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak faham dan tidak mengerti dengan baik amanat yang ada dalam konstitusi negara kita terutama yang terkait dengan alinea pertama yang terdapat dalam mukadimah atau pembukaan UUD 1945,” pungkasnya