JAKARTA, Panjimas – Banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik atas semua yang terjadi pada kehidupan kita. Termasuk musibah atau sesuatu yang tidak kita inginkan juga bisa kita petik menjadi sesuatu yang berharga pada diri kita.
Begitu juga yang terjadi pada musibah tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 milik TNI AL menjadi bahan perenungan kita bersama. Betapa tidak harga Kapal Selam milik TNI AL itu sebesar 40,54 Triliun Rupiah dan itu bisa membeli sebanyak 8 unit kapal selam. Ketika kapal selam kebanggaan Indonesia itu mendapatkan musibah. Banyak simpati dan dukungan dari berbagai pihak untuk bisa ikut membantu negara ini dalam soal pertahanan dan keamanan negara.
Sampai yang terakhir menjadi viral adalah para kaum muslimin dan jamaah Masjid patungan menyumbang dananya untuk bisa ikut membeli Kapal Selam pengganti dari kapal yang mendapat musibah itu.
Lantas banyak orang yang juga berfikir andaikan kasus Korupsi BUMN asuransi, yakni PT Jiwasraya dan PT Asabri itu kerugian yang ditimbulkannya andaikan tidak terjadi korupsi maka dananya bisa digunakan untuk keperluan membeli kapal selam yang baru.
Seperti diketahui bersama, kerugian negara akibat pusaran Mega korupsi Asabri menurut taksiran Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebesar mencapai 16,81 triliun rupiah. Sedangkan kerugian atas nama korupsi Jiwasraya sebesar 16,81 Triliun Rupiah.
Dari dua Mega Korupsi tersebut total kerugian negara sebesar 40,54 Triliun Rupiah. Sementara harga kapal selam yang dimiliki TNI AL itu sekitar 4,79 Triliun. Hal itu mengacu pada harga Kapal Selam proyek kerjasama Indonesia-Korea Selatan.
Sehingga dengan asumsi harga kapal selam kelas sedang itu dengan memakai uang negara yang dikorupsi dari Asabri dan Jiwasraya akan bisa dipakai untuk pembelian sebanyak 8 unit kapal selam.
Masih dengan asumsi yang sama. Kalaupun dibelikan 8 unit kapal selam dari penyelamatan uang negara hasil korupsi itu tetap masih sisa dana sebesar 2,22 Triliun. Namun sayang ada orang-orang yang tidak cinta negaranya dan lebih mementingkan kepentingan pribadi dan keluarganya sehingga dana luar biasa besar itu dikorupsi segelintir orang yang tidak layak hidup di negara yang selama ini membesarkan dan menghidupinya.