SUKOHARJO (Panjimas.com) – Pada tausyiah ustadz Haikal Hasan atau sering disapa Babe Haikal di Masjid Raya Iska, Mayang, Gatak, Sukoharjo, Sabtu (27/3/2021) lalu mengingatkan para jama’ah untuk mentaati protokol kesehatan, jaga jarak, mengenakan masker dan rajin menyemprot hand sanitizer. Selain itu Babe Haikal menyarankan untuk rajin bersiwak.
Sambil mengeluarkan siwak dari dalam tas ranselnya ia memeragakan bersiwak. Babe Haikal menjelaskan bahwa siwak adalah salah satu upaya menjaga kuman masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Rupanya Babe Haikal menyinggung lebih dalam tentang siwak dengan nada lantang yang membuat para jama’ah terhenyak.
“Siwak ini penting, menjaga kuman yang masuk ke dalam tubuh dan mulut. Tolong angkat tangan siapa yang bersiwak! Tolong, tolong, tolong, tolong! Jangan teriak takbir saudara! Sunnah Rasulullah (siwak) ini saja antum tinggalkan. Sebagaimana Umar Bin Khattab mengatakan itu ketika mau menaklukkan Romawi. “Omong kosong!” kata Ummar Bin Khattab, Romawi gak akan kalian taklukkan karena sunnah sudah antum sudah tinggalkan,” ujarnya.
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, “Siwak menurut istilah para ulama yaitu kegiatan menggunakan ranting atau yang semcamnya untuk menghilangkan warna kuning serta kotorang lain yang ada pada gigi. “ (Syarh Shahih Muslim).
Bersiwak hukumnya sunnah dilakukan pada setiap waktu berdasarkan keumuman dalam hadits ‘Aisyah, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
السِّوَاكَ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِّ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
“Siwak membuat bersih mulut dan mendatangkan ridho Allah” (H.R Ahmad, shahih)
Bersiwak merupakan sunnah para rasul-rasul terdahulu. Yang pertama kali bersiwak adalah Nabi Ismail ‘alaihi sallam. Terdapat lebih dari hadits yang menjelaskan tentang siwak dan motivasi untuk melakukannya. Ini menunjukkan bahwa siwak adalah sunnah yang sangat ditekankan untuk diamalkan. (Al Mulakhos al Fiqhy)
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Siwak hukumnya sunnah dan tidak wajib dalam keadaaan apapun, baik ketika hendak shlat maupun dalam kondisi lain” (Syarh Shahih Muslim).
Babe Haikal melanjutkan dengan menyatakan hal tersebut adalah faktor kekalahan umat Islam yang gemar memaki sebagian, gemar menyalahkan teman seperjuangan dan mengkritik teman yang akhirnya sebuah perjuangan mengalami kandas dimana-mana karena melupakan sunnah.
“Bayangkan kalau siwak kalian tinggalkan apalagi witir. Seolah-olah witir cuma ada di bulan Ramadhan, ngaku nggak loe? Witir itu ada di luar Ramadhan maupun di bulan Ramadhan tetapi berapa diantara kita yang hanya witir di bulan Ramadhan? Khataman Qur’an itu tiap bulan bukan cuma di bulan Ramadhan tetapi kita cuma di bulan Ramadhan. Iktikaf itu ada tiap hari bukan cuma di bulan Ramadhan. Tadarusan ada tiap hari bukan cuma di bulan Ramadhan,” ungkapnya.
Menurutnya terlalu banyak koreksi internal umat Islam yang harus dilakukan jika ingin meraih kemenangan dalam perjuangan. Saat ini digambarkan bagaikan buih meskipun jumlahnya mayoritas, tetapi dipertanyakan dimana kekuatan untuk menjaga marwah Islam sedangkan sunnah bersiwak saja telah banyak ditinggalkan.
“Apa yang saya tanya barusan, ditanya oleh Umar Bin Khattab ketika kenapa kita gak bisa mengalahkan Romawi padahal pertolongan Allah itu dekat, sedekat apa? Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam di tengah-tengah sahabat masih gak bisa karena elemennya. Lha kalau kita siapa? Kok berani-beraninya meninggalkan sunnah tetapi berani-beraninya mau menumbangkan misalnya sebuah kebatilan, ngimpi di siang bolong saudara,” ujarnya.
Babe Haikal kemudian menghimbau kepada para jama’ah untuk menghidupkan sunnah agar Allah memberikan kemenangan secara otomatis. Bahwa kemenangan adalah sangat dekat jika umat Islam telah menjalankan sunnah.