BANDUNG (Panjimas.com) – Tokoh Syi’ah Djalaludin Rakhmat menghebuskan nafas terakhirnya karena Covid-19 di Rumah Sakit Santosa, Kota Bandung pada Senin (15/2/2021) sekitar pukul 15.23 WIB.
Kematiannya menyusul istrinya Eusi Kartini yang lebih dulu meninggal hanya berselisih 5 hari di Rumah Sakit yang sama pada Kamis (11/2/2021).
Kabar kematian pendiri IJABI (Kelompok Syi’ah Rafidhoh) yang terpilih menjadi DPR-RI periode 2014-2019 tersebut mendapat respon ucapan yang bervariasi, baik dari ahlussunnah yang mengungkapkan rasa bersyukurnya, namun tak sedikit jama’ah Syi’ahnya yang berduka.
Djalaludin Rakhmat termasuk orang yang berani secara terang-terangan menampakkan kesyi’ahannya dihadapan publik bersama mantan istrinya Emilia Renita AZ. Keduanya bak duet maut dalam pembelaannya terhadap Syi’ah selama masa hidupnya, termasuk membela kasus Tajul Muluk yang dilantiknya sebagai pengurus IJABI di sampang Madura. Dimana ada isu Syi’ah, disitulah Djalaludin Rakhmat bersuara.
Beberapa akun ahlussunnah mendo’akan Djalaludin Rakhmat disatukan dengan Abu Lu’lu’ah Al Majusi (Pembunuh Sayyidina Ummar Bin Khattab) yang makamnya senantiasa diziarahi kaum Syi’ah karena bagi mereka adalah pahlawan yang namanya menjadi do’a yang selalu dipanjatkan oleh kaum Syi’ah.
Pernyataan Djalaludin Rakhmat yang terkenal adalah mengatakan ummahatul mukminin ‘Aisyah radhiallahuanha sebagai pencemburu dan pembuat makar.
“‘Aisyah itu sangat pencemburu, kalau mau mencontoh istri yang pencemburu contohlah ‘Aisyah, begitu cemburunya sampai ada-lah beberapa perilaku ‘Aisyah itu yang menyedihkan hati Nabi, kadang-kadang cemburunya disusul dengan manuver-manuver, manuver itu apa bahasa… Bahasa arabnya makar, disusul dengan beberapa makar. Pernah datang seorang perempuan, kalau saya tidak salah namanya Juwairiyah, dia adalah anak seorang pemimpin yang kemudian bergabung masuk Islam, dan pemimpin itu menghadiahkannya kepada Nabi Shallallahu alihi wa alihu wasallam,” kata Djalaludin Rakhmat.
Djalaludin juga tokoh dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pimpinan Megawati Sukarnoputri.