JAKARTA (Panjimas.com) – Eks Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman mengungkap sejumlah kejanggalan adanya pemberitaan yang mengarah kepadanya dan FPI yang dikaitkan dengan afiliasi terhadap ISIS dan terorisme.
Sebelumnya video AA yang ditangkap oleh Densus 88 pada 6 Januari 2021 oleh Polda Sulawesi Selatan mengaku berbaiat kepada Daulatul Islam atau ISIS pada 2015 dan pernah mengikuti kajian atau ta’lim yang diadakan FPI secara umum di Jalan Sungai Limboto.
Sebagaimana berita yang pernah dimuat panjimas.com https://www.panjimas.com/news/2021/02/06/eks-pengurus-fpi-sulsel-bantah-tuduhan-eks-anggota-fpi-abal-abal-terkait-isis/
Habib Muchsin menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak pernah terdaftar sebagai anggota atau Laskar Front Pembela Islam (FPI) Makasar maupun di kota atau kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun pengakuan AA yang pernah mengikuti ta’lim di Jl. Sungai Limboto, ia membenarkan hal itu, namun tidak serta merta otomatis menjadi anggota FPI.
AA juga mengaku telah berbai’at kepada ISIS bersama 100 orang simpatisan dan Laskar FPI yang bertempat di Markas FPI di Jalan Sungai Limboto, Makasar pada tahun 2015 yang dihadiri oleh Munarman yang menjadi Sekretaris Umum FPI pada saat itu.
Pernyataan tersebut dibantah keras oleh Munarman, pasalnya acara tersebut Ia hadir sebagai narasumber dalam sebuah seminar yang bertema “Diskusi Umum Terkait Kondisi Perpolitikan Dunia Secara Global”. Munarman diundang untuk menjelaskan informasi tentang situasi geo politik global.
“Saya mau jelaskan ke mereka, di dua dokumen itu disebutkan strategi untuk mengcounter terorisme justru menciptakan terorisme itu sendiri, orang pada tidak tahu itu. Jadi begini maksud saya, di dua dokumen itu dijelaskan salah satu strateginya itu adalah membuat website-website palsu atas nama kelompok-kelompok jihad yang kemudian website-website ini mengkafir-kafirkan kelompok lainnya dan merekrut orang-orang yang masih awam. Jadi dikatakan bahwa orang-orang jihadis ini itu sangat bergantung dengan informasi dari internet, disebutkan begitu. Karena dia sangat bergantung dari internet, kita bikin katanya website-website palsu atas nama jihadis itu sendiri dan kemudian website itu merekrut orang kemudian mengkafir-kafirkan kelompok lainnya, nah saya mau kasih tahu itu sama orang-orang yang berkumpul di Makasar, Sulawesi Selatan,” ujar Munarman dalam tayangan video yang dikonfirmasi Panjimas.com, Kamis (11/2/2021).
Pada seminar tersebut, Munarman menyampaikan kepada hadirin agar berhati-hati jika adanya pihak yang justru berpotensi menghancurkan Islam itu sendiri yang seolah-olah keras dan jihadis namun ternyata mengadu domba antar umat Islam. Jika pada akhirnya sebagian hadirin melakukan bai’at terhadap ISIS, maka Ia menyatakan bukan lagi urusannya.
Usai video pengakuan seorang teroris berinisial AA tersebut gagal diframing sebagai bagian dari FPI karena terbantahkan oleh Munarman dan eks Pengurus FPI Sulsel, media diramaikan dengan unggahan sebuah foto yang menunjukkan Munarman berfoto bersama hadirin yang dikaitkan dengan acara pembai’atan tehadap ISIS.
“Soal foto, lho kalau foto setelah seminar orang foto-foto masak saya larang, nanti kalau ada foto siapa misalnya yang memfitnah saya itu. Foto dia di kebun binatang Ragunan,ada klaster primata namanya ada monyet ada gorila, kalau nanti dia disitu difoto dibelakangnya ada monyet ada gorila apakah dia otomatis bagian dari monyet dan gorila itu? saya mau tanya. Jadi pake logika, pakai otak jangan sembarangan. Ini bukan persolana sederhana,” sindir Munarman.
Menurut Munarman, bukti-bukti yang dinilai sederhana tersebut ada pihak-pihak yang ingin memframing, namun justru memperkuat bahwa pihak-pihak tersebut adalah para buzzer bayaran yang dibentuk oleh kelompok kekuatan tertentu dalam operasi pembentukan opini. Operasi media ini terbantahkan dengan fakta-fakta yang diungkapkan Munarman.
Lain di Makasar, beredar video seorang tahanan teroris bernama Zainal Anshori yang mengaku sebagai Amir JAD di Lamongan yang menjadi bagian dari sayap FPI di Lamongan.
“Saya ingin sedikit menceritakan perjalanan kami yang mungkin kita mulai dari sekitar tahun 2005 sampai sekarang ini. Kegiatan yang pernah kami ikuti ketika pada tahun 2005 yaitu kegiatan yang berkaitan dengan amar ma’ruf nahi munkar. Memang sebelumnya amar ma’ruf nahi munkar sudah kita laksanakan kegiatan di Lamongan, tapi untuk memperlebar sayap dan memperkuat struktur ini, maka kita koneksi dan kita menyambung dengan FPI pada waktu itu,” kata Zainal Anshori terlihat sambil terbata-bata membaca teks.
“Yang sudah maklum bagi kita, kegiatan FPI adalah kegiatan yang menitikberatkan pada kegiatan amar ma’ruf nahi munkar. Kalau amar ma’ruf kita mungkin mengajak pada orang terkait, tapi nahi munkar sebagaimana yang telah banyak diketahui oleh masyarakat bahwa FPI melakukan kegiatan nahi munkar dengan tidak jarang kita melakukan aksi-aksi keras di jalan, perlawanan kepada preman, kemudian menutup tempat kemaksiatan, misal perjudian, minuman keras, dan warung remang-remang, dan tidak jarang kita berbenturan dengan masyarakat sehingga kami distigma dengan organisasi keras, organisasi yang mengedepankan kekerasan. Sampai kemudian kami mendapat peringatan keras dari DPW. Sampai kemudian kami terhubung dengan Habib Rizieq, sehingga kami pernah beberapa kali melakukan kegiatan tablig akbar untuk memberikan semangat kepada kami di Lamongan dan masyarakat di Lamongan untuk semakin giat melakukan amar ma’ruf nahi munkar ini,” paparnya.
Melihat video yang beredar tersebut, Munarman kembali melancarkan bantahan keras. Munarman mengaku tidak mengenal Zainal Anshori.
“Dia sendiri menyatakan tahun 2005 karena kami ini melakukan aktivitas yang keras, dikenal sebagai organisasi yang keras kemudian kami mendapatkan peringatan katanya, kan ada kalimatnya itu, perhatikan aja itu ada kalimatnya “kami mendapatkan peringatan”. Itu bukan sekedar peringatan, dibekukan, mereka dikeluarkan dari FPI, jadi gak ada hubungan lagi dia mau kemana, urusan dia itu bukan urusan kita karena sudah berhenti,” ujar Munarman.
Menurutnya dibekukannya FPI Lamongan kala itu ia belum masuk ke FPI atau baru menjadi pengurus FPI pada tahun 2009.
“Gak ada orang itu, saya tidak kenal dengan orang itu. Jadi kalau orang itu dikait-kaitkan ngaku-ngaku sebagai amir JAD itu urusan dialah ngaku-ngaku begitu, karena itu tidak ada kaitannya sama kita,” ujarnya.
Sekilas informasi tentang Zainal Anshori, menurut berita di situs https://nasional.tempo.co/read/504095/fpi-lamongan-dibekukan-usai-sebut-dpp-fpi-thoghut/full&view=ok
Zainal Anshori bukan lagi sebagai anggota FPI Lamongan, meski media masih saja menulisnya sebagai tokoh FPI Lamongan. Menurut Ketua Dewan Syuro Dewan Pimpinan Daerah Front Pembela Islam Jawa Timur, Muhammad Mahdi bin Idrus Alhabsyi, menyatakan FPI tidak ada sangkut pautnya dengan bentrokan di Kecamatan Paciran, Lamongan. Menurut dia, Dewan Pimpinan Wilayah Lamongan dibekukan sejak tiga tahun lalu oleh DPP FPI.
“Pembekuan itu atas permintaan DPD FPI Jatim akibat tidak disiplin dan menganggap DPP FPI pimpinan Habib Rizieq Shihab sebagai thoghut (setan) karena tunduk kepada hukum negara,” kata Mahdi melalui pesan pendek kepada Tempo, Selasa 13 Agustus 2013.
Artinya FPI Lamongan dibekukan pada sekitar tahun 2009 atau 2010 sehingga eksistensi terkait eks anggota atau simpatisannya pada saat itu sudah tidak terhubung dengan Habib Rizieq atau DPP FPI Pusat.
Ditambah pernyataan eks simpatisan FPI Lamongan bernama Rusydi yang menyebut Habib Rizieq Shihab sebagai Thoghut usai dibekukan oleh DPP FPI.
“Pembekuan itu atas permintaan DPD FPI Jatim akibat tidak disiplin dan menganggap DPP FPI pimpinan Habib Rizieq Shihab sebagai thoghut (setan) karena tunduk kepada hukum negara,” kata Mahdi melalui pesan singkatnya kepada Tempo, Selasa, 13 Agustus 2013.
Artinya fakta tersebut menguatkan bahwa ibarat minyak dan air, antara eks FPI Lamongan yang dibekukan tersebut jauh panggang daripada api untuk mengarahkan keterkaitannya dengan kelompok Zainal Anshori. FPI berpaham NKRI, Zainal Anshori cs justru sebaliknya, berlawanan dengan visi misi DPP FPI.
Zainal Anshori Alias Abu Fahry alias ditangkap pada 7 April 2017 dan divonis 7 tahun penjara tersebut menyatakan pada tahun 2014 bahwa Ia berinteraksi dengan ustadz Basri. Yang mana Munarman menyebutnya berulang kali bahwa yang bersangkutan dikeluarkan dari FPI sekitar tahun 2008. Artinya pada tahun-tahun setelahnya menunjukkan yang bersangkutan tidak lagi berhubungan dengan FPI.
“Tapi membuktikan lagi-lagi, ketololan, kebodohan, kedunguan si penulis skenario, lihat saja dia selalu baca orang itu kan, dia selalu melihat melirik apa yang dituliskan kan begitu. Kalau dicermati satu persatu orang itu sudah tidak ada hubungannya dengan FPI, dia mau jadi apa urusan dia tidak ada lagi urusannya dengan FPI wong dia sudah dikeluarkan dari FPI, FPI Lamongan aja sudah dibekukan, sampai hari ini sudah gak ada FPI Lamongan itu,” kata Munarman.
Menurut Munarman, fakta-fakta tersebut membuktikan operasi media sengaja digencarkan yang bakal terus membidiknya dipenjara atau ditembak mati.
“Saya mau katakan saja kepada seluruh masyarakat bahwa ini betul-betul operasi media, skenario. Masyarakat sudah pahamlah. Saya ingatkan cara-cara kotor begini ini harus dihentikan. Kalau mau menegakkan hukum itu mbok yang jujur yang adil yang fair, berperikemanusiaan yang adil dan beradab,” tuturnya.
“Inilah operasi media yang sangat telanjang, kebodohan, kedunguannya dalam rangka untuk melabeling FPI semata-mata untuk mengesahkan, mencari justifikasi, mencari legitimasi supaya FPI itu bisa boleh dibubarkan, boleh dibunuh, boleh ditindak apa saja terhadap orang FPI, itu tujuan dari pembentukan operasi media ini,” pungkasnya.