SUKOHARJO (Panjimas.com) – Organisasi Muhammadiyah dalam Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih Muhammadiyah ke 31 pada Ahad 20/12 kemarin, memutuskan bahwa waktu Sholat Subuh mundur menjadi delapan menit lebih lama dari jadwal waktu sholat Subuh yang telah digunakan selama ini.
Mengenai hal ini, astronom dari Observatorium PP Assalam Sukoharjo Ustadz AR Sugeng Riyadi juga memiliki pendapat sendiri.
“Waktu Subuh kita ini apakah benar atau salah secara astronomis itu masih perlu didukung oleh data-data observasi (pengamatan) Fajar Shodiq menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia pada saat yang tepat, (saat langit) tidak berpolusi dan juga kita bandingan saat matahari dekat bulan Januari dengan saat matahari jauh bulan Juli nanti,” katanya.
Lalu bagaimana dengan perbedaan pendapat terkait waktu Subuh ini antara umat satu dengan umat yang lainnya? Ustadz AR Sugeng menggaris bawahi bahwa ibadah (sholat) itu terkait keyakinan. Apabila salah satu umat sudah melaksanakan ibadah dengan waktu Subuh yang ia yakini, maka umat yang lain sebaiknya tidak menyalah-nyalahkannya.
“Karena ibadah itu keyakinan, Al Yaqinu la Yuzalu Bi al-Syak, kalau kita yakin -20 ya -20 insha Allah sah. Kalau kita yakin -18 sah ya berarti -18 sah, yang penting tidak saling menyalahkan gitu aja,” kata ustadz AR Sugeng menutup wawancara dengan Panjimas.