SUKOHARJO (Panjimas.com) – Ustadz Dr. Mu’inudinillah Basri, MA, bukan sekedar seorang ulama yang membina para da’i yang tersebar di daerah-daerah, namun juga menjadi guru para tokoh dan da’i nasional di Indonesia.
Kembalinya ustadz Mu’in ke Rahmat Allah, menyisakan duka kepedihan amat dalam bagi para murid dan jama’ah.
Salah satu da’i terkenal yang sosoknya tak asing di layar kaca, seorang ustadz yang pernah menjadi pembawa acara Khalifah di Trans7, Ustadz Budi Ashari, Lc turut melayat dan mendoakan ustadz Mu’inudinillah Basri di makamnya.
Ustadz Budi Ashari, Lc, usai berdoa mengungkapkan tentang ustadz Mu’in. “Saya dengan semua yang saya lakukan, kalau ada yang baik maka hanya salah satu kebaikan yang beliau miliki. Saya hanya satu titik kebaikan yang beliau teteskan pada diri saya,” ucapnya kepada Panjimas.com, Rabu (9/12/2020).
Ustadz Budi Ashari, Lc, sembari terisak menceritakan kenangannya bersama Ustadz Mu’inudinillah Basri Rohimahulloh yang mewariskan pesan yang mahal kepadanya suatu ketika berkunjung di kediamannya di Depok.
“Banyak sekali hal yang tidak bisa disebutkan, saya ingin sebutkan satu hal. Suatu hari dengan kerendahan hatinya beliau berkunjung ke tempat saya di Depok, banyak sekali yang beliau pesankan, salah satunya kesederhanaan, itulah yang saya lihat dari beliau,” tuturnya.
Ustadz Budi Ashari melanjutkan kisahnya.
“Beliau datang ke Kutab Al Fatih yang kami rintis di pusatnya yang sederhana, sampai saat ini masih sederhana tempatnya,” katanya.
Ustadz Mu’in Rohimahulloh kala itu menanyakan perihal status Kutab Al Fatih yang dirintisnya tersebut apakah sudah dibelinya atau masih status sewa. Kemudian Ia jawab masih sewa.
“Masih sewa Ustadz, punya orang, sampai sekarang masih sewa,” jawab Ustadz Budi.
“Kalaupun ini berhasil antum beli, saya minta dipertahankan kesederhanaannya,” kata Ustadz Budi Ashari menirukan perkataan Ustadz Mu’in.
“Bagi saya itu adalah pesan yang sangat mahal, karena sedang berbicara tentang membangun generasi, mendidik generasi yang sepanjang hidup beliau lakukan yang itu bisa dilakukan ketika kesederhanaan adalah ruhnya, sebagaimana yang beliau pesankan pada saya dan ada banyak hal yang sesungguhnya ingin beliau sampaikan pada saya, tapi saya belum bisa memenuhinya,” kenangnya.
Ustadz Budi Ashari mengakhiri kisahnya dengan mendoakan agar Ustadz Mu’inudinillah Basri Rohimahulloh.
“Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa ta’ala menerima seluruh amal ibadah beliau, mengampuni beliau, mudah-mudahan dikumpulkan bersama syuhada, sholihin wal anbiya wal mursalin, pun demikian kita pula semoga mendapatkan husnul khotimah sebagaimana guru-guru kita yang meninggal mampu mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah,” kata ustadz Budi menutup perbincangan.[RN]