SOLO (Panjimas.com) – Peristiwa pencopotan baliho Habib Rizieq Shihab (HRS) di kawasan Markas DPP FPI di Petamburan mulai hari Jum’at kemarin (20/11) menuai kritik dari berbagai pihak. Pakar hukum alumni UNS, Dr. Muhammad Taufiq, S.H., M.H menyoroti pernyataan Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurahman yang terkesan arogan.
“Pernyataan Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurahman selain terkesan arogan juga berbahaya bagi kemajuan demokrasi, Dudung tidak paham bahwa TNI sudah tidak berpolitik praktis lagi,” kata Dr. Taufiq pada Sabtu (21/11).
Dari video yang tersebar di media sosial, terlihat kendaraan tentara berkonvoi dan berhenti di Petamburan sambil menyalakan sirine tanda darurat. Kemudian disusul dengan pernyataan Pangdam Jaya bahwa FPI dibubarkan saja. Menurut Dr. Muhammad Taufiq, S.H., M.H hal tersebut merupakan tindakan intimidasi terhadap warga sipil yang tidak bersenjata dan menyalahi tugasnya sebagai TNI menurut undang-undang.
“Meminta FPI dibubarkan dan ikut-ikutan show of force di Petamburan itu bagian dari intimidasi kepada warga sipil. Sebab tugas TNI itu sesuai UU TNI NO.34 TAHUN 2004 MENJAGA KEDAULATAN NKRI dari ancaman kelompok bersenjata, harus ada kata bersenjata guna membedakan dengan tugas polisi,” terangnya.
Dr. Muhammad Taufiq, S.H., M.H menerangkan tentang fungsi TNI yang seharusnya menumpas dan menebar ancaman terhadap kelompok bersenjata yang berusaha merongrong kedaulatan NKRI seperti di Ambon dan Papua, bukan terhadap FPI yang merupakan rakyat sipil yang tidak memiliki senjata.
“Fungsinya menumpas setiap ancaman kelompok bersenjata. Lha memangnya FPI itu menolak NKRI dan FPI kekuatan bersenjata? Dudung seharusnya menebar ancaman itu Ambon dan Papua di mana ancaman disintegrasi dan kekuatan bersenjata yang merongrong kedaulatan NKRI ada di sana. Mereka layak disebut separatisme, sebab dua hal terpenuhi pertama bersenjata yang kedua memberontak,” katanya.
Menurutnya Pangdam Jaya Dudung Abdurahman yang menjabat saat ini layak dicopot karena sikapnya dinilai berbahaya. Masih banyak jendral yang visioner dan profesional.
“Tampilnya TNI karena polisi dianggap lemah kepada FPI. Karenanya dengan alasan itu Dudung Layak dicopot masih banyak jendral yang visioner, profesional. Dudung itu berbahaya sudah bergenit-genit dengan politik praktis dan itu kemunduran. Kalau mau perang ya ke Papua,” tutup Taufik.[RN]