SOLO (Panjimas.com) – Ribuan ummat Islam memadati Bundaran Gladak, Solo dalam menghadiri apel dan tausyiah kebangsaan yang diselenggarakan Dewan Syari’ah Kota Surakarta Ahad 23/8.
Meski ditengah pandemi Covid-19, peserta maupun panitia tetap memerhatikan protokoler kesehatan sesuai arahan pemerintah setempat.
Acara diawali dengan aksi longmarch dimulai dari barat stadion Sriwedari sampai Bundaran Gladak. Sesampainya di panggung, peserta menikmati jamuan makanan dan minuman yang tersedia sambil mendengarkan orasi yang disampaikan para tokoh.
Tokoh daerah maupun nasional hadir dalam acara ini. Diantara para tokoh itu ada Ustadz Alfian Tanjung yang belum lama keluar dari penjara. Tema-tema ceramah atau orasi Ustadz Alfian Tanjung seringkali menyinggung soal Komunis dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Gemuruh teriakan takbir menyambut Ustadz Alfian Tanjung ketika gilirannya naik podium. Ia mengatakan bahwa tempat berjalannya acara tersebut adalah tempat yang bersejarah baginya.
“Tanggal 5 Juni 2016, setahun sebelum saya dipenjara, saya berceramah ditempat ini juga, waktu itu saya membahas 20 tahun gerakan PKI 1996-2016,” katanya saat diatas panggung.
Ustadz Alfian tanjung meneruskan orasinya dengan memaparkan beberapa pesan kepada ummat. Diantaranya kondisi negeri ini yang memaksa masyarakatnya membenci prinsip agamanya sendiri.
“Perlu dipahami, bahwa ummat Islam ini mayoritas tetapi dipaksa membenci agamanya sendiri, mayoritas tetapi tertindas, mayoritas diajak untuk ketakutan. Inilah negeri yang ajaib, masyarakat mayoritas dipaksa untuk takut dengan agamanya sendiri, dipaksa untuk takut dengan prinsip ajarannya sendiri, berarti ada sesuatu dibalik ini semua, dan kita akan melawannya dengan ruhul jihad membela agama, membela negara sampai titik darah penghabisan, Takbir!,” serunya.
Sontak disambut takbir peserta yang mulai merasakan terik matahari yang semakin memanas. Ustadz Alfian Tanjung menyinggung kondisi negeri ini dimana jika kekuasaan ada ditangan para penjahat yang merugikan bangsa dan negara.
“Kita tidak akan biarkan mereka yang jahat seolah-olah mereka berbuat baik, dan apabila para penjahat berkuasa, maka orang baik akan diperlakukan sebagimana penjahat,” terusnya.
“Kita tidak akan membiarkan ini sebagai sebuah perjalanan terus-menerus, gelombang jihad harus digelorakan, ilmu dan amanul jihad harus digelorakan karena kita punya dasar konstitusi yang mendukung kita untuk berbuat seperti itu,” tegasnya.
Tausyiah Kebangsaan yang digelar di Bundaran Gladak ini diakhiri sekitar pukul 10.00 WIB. [RN]