NEW YORK, (Panjimas.com) — PBB baru-baru ini mendesak Bangladesh untuk terus mengizinkan warga Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar untuk masuk ke negaranya, Jumat (01/03).
Menteri Luar Negeri Bangladesh, Shahidul Haque memberi tahu Dewan Keamanan pada Kamis (28/02) lalu bahwa negaranya tidak dapat menerima pengungsi tambahan.
Menlu Bangladesh pun menuding pemerintah Myanmar “membuat janji kosong” tentang repatriasi warga Rohingya.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric berbicara kepada media di kantor pusat badan internasional di New York bahwa pemerintah Bangladesh harus terus mengijinkan pengungsi masuk ke negara itu.
“Bangladesh sangat dermawan dalam dukungan yang mereka berikan kepada para pengungsi Rohingya,” ujar Stephane Dujarric, dikutip dari Anadolu.
“Adalah penting bahwa orang yang melarikan diri dari konflik dapat menemukan tempat yang aman di mana pun mereka pergi,” imbuhnya.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan serangan terhadap komunitas Muslim minoritas sejak Agustus 2017.
Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh militer Myanmar, menurut laporan dari Ontario International Development Agency (OIDA) yang berbasis di Kanada.
Laporan tersebut juga menunjukkan sekitar 18.000 perempuan dan anak perempuan Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar.
Sementara lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar dan 113.000 lainnya dirusak.
PBB telah mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan – termasuk bayi dan anak kecil – pemukulan brutal oleh pasukan Myanmar.
Dalam sebuah laporan, penyelidik PBB mengatakan pelanggaran seperti itu merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.[IZ]